KOMPAS.com - Sekolah vokasi adalah pendidikan mulai dari setera sekolah menengah untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil.
Sumber bacaan di laman Kompas.com edisi 20 Maret 2023 menunjukkan informasi bahwa pendidikan vokasi di masa kini memiliki banyak perkembangan.
Pendidikan vokasi masa kini sudah banyak menggandeng dunia industri untuk penyerapan tenaga kerja terampil lebih banyak.
Baca juga: 32 Lowongan Kerja Dosen Vokasi Unpad, Ini Kriterianya
Pendidikan vokasi
Muasal pendidikan sekolah vokasi di Indonesia berawal dari 1737.
Kala itu, Maskapai Perdagangan Hindia Timur (VOC) berkuasa.
VOC mendirikan akademi pelayaran.
Akademi pelayaran itu tutup pada 1755.
Pada 1853, pemerintah Kolonial Belanda mendirikan sekolah vokasi pertukangan.
Lokasinya ada di Surabaya.
Sekolah itu menerima siswa Indonesia dan Belanda.
Vokasi pelayaran dan pertukangan menjadi pionir yang kemudian disusul berbagai keberagaman vokasi.
Salah satu vokasi yang eksis sampai kini adalah sekolah vokasi jurusan kelistrikan.
Sementara itu, data dari Sekretaris Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek Saryadi Guyatno per Jumat (24/3/2023) menunjukkan bahwa pada 2022, ada 500 industri bekerja sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia.
Nilai kerja sama itu mencapai angka Rp 439 miliar.
Misi sekolah vokasi dengan industri adalah mencapai perwujudan link and match.
Link and match adalah kesesuaian antara keterampilan lulusan sekolah dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Salah satu perwujudan link and match dewasa ini adalah kerja sama antara Schneider Electric Indonesia dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Bentuk kerja sama itu adalah Center of Excellence (CoE) sejak 2017, kata Plant Director Schneider Electric Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rudi Granet, 23 Maret 2023.
Program CoE menjadi pilihan Schneider Global dan Indonesia lantaran mendapat inspirasi dari tema pembangunan berkelanjutan pada dokumen Paris Agreement 2016 milik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Selain energi terbarukan, Paris Agreement 2016 membawa pesan edukasi pada kaum muda, elektrifikasi, hingga otomasi serta digitalisasi.
Tentang energi terbarukan, Schneider Indonesia membidik target Zero Waste pada 2025.
Sementara, maksimalisasi energi terbarukan terlaksana pada 2030.
Total hingga 2022 berakhir, sudah ada 24.800 siswa SMK sudah menikmati penerapan ilmu dari CoE.
Selanjutnya, sudah 144 SMK jurusan kelistrikan sudah memetik manfaat CoE.
Target CoE adalah 184 SMK.
Hasil CoE lainnya adalah 277 guru terlatih.
Lantas, CoE sukses menjadikan 125 teknisi terlatih.
Tak ketinggalan, hasil CoR adalah 84 terdampak.