Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ada Hari Raya Nyepi?

Kompas.com - 20/03/2023, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Hari Raya Nyepi tahun 2023 jatuh pada Rabu (22/3/2023) dan Kamis (23/3/2023) sebagai cuti bersamanya.

Nyepi adalah hari besar bagi umat beragama Hindu, yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka.

Tahun baru tersebut jatuh pada hitungan Tilem Kesangga yang merupakan hari ketika dewa-dewa melakukan penyucian diri di tengah samudera.

Berbeda dengan hari raya agama lain yang biasanya dirayakan secara meriah, pada hari raya Nyepi justru tidak ada kegiatan apa pun dilakukan.

Pada hari raya Nyepi, umat Hindu diwajibkan untuk menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi dan mendekatkan diri kepada Isa Sang Hyang Widhi Wasa dengan mengevaluasi diri dan meditasi.

Di Indonesia, Nyepi sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983.

Lalu, selain menjadi tradisi umat Hindu, mengapa ada hari raya Nyepi?

Baca juga: Sejarah Hari Raya Nyepi

Menyucikan Bhuana Alit dan Bhuana Agung

Alasan ada hari raya Nyepi adalah untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).

Sejarah perayaan Nyepi berasal dari zaman India Kuno yang digambarkan sering terjadi konflik sosial dan fisik berkelanjutan.

Pada zaman itu, ada beberapa suku, seperti Saka, Yueh-ci, Yavana, Malava, dan Pahlava.

Suku-suku itu terus berada dalam pusaran konflik berkepanjangan yang disebabkan oleh perebutan wilayah-wilayah subur.

Wilayah subur tersebut sangat berharga karena dapat menunjang kehidupan jangka panjang bagi para suku yang tengah berkonflik.

Kendati konflik tidak berlangsung lama, ada saatnya terjadi masa damai atau gencatan senjata.

Pada saat gencatan senjata, terjadilah akulturasi dan sinkretisme, yang berujung pada perdamaian.

Perdamaian baru terjadi setelah bangsa Saka menaklukkan suku-suku lainnya dan menduduki berbagai wilayah.

Baca juga: Hindu, Agama Tertua di Dunia

Bangsa Saka kemudian memulai tahun Saka pada 78 Masehi, ketika menobatkan Chashtana sebagai raja.

Dengan demikian, tahun Saka kali pertama dimulai tahun 78 M.

Perjuangan bangsa Saka pun menginspirasi Raja Kaniskha I (127-150) dari Dinasti Kushan, yang kemudian mengadopsi sistem penanggalannya.

Lebih lanjut, tahun baru Saka inilah yang kemudian diperingati di seluruh negeri dengan cara bertapa, brata, dan samadhi, atau yang dikenal sebagai hari raya Nyepi.

Nyepi sendiri berasal dari kata sepi, yang artinya senyap atau sunyi.

Oleh sebab itu, pada hari raya Nyepi, setiap umat Hindu tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan apa pun.

Aturan Nyepi adalah:

  • Harus sunyi selama 24 jam, sejak pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya, umat Hindu dilarang keluar rumah.
  • Tidak boleh menyalakan listrik, lampu, berbicara, bekerja, dan sekolah

Adapun tujuan dari aturan itu adalah untuk mengelabui setan-setan dengan berpura-pura tidak ada kehidupan supaya para setan pembawa petaka pergi dan tidak mengganggu.

 

Referensi:

  • Akhun, Nafan. (2021). Bhairawa Tantrayana vs Islam Nusantara. Surabaya: Khulyan Publisher.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com