Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Dugderan, Ada "Badak Bertelur"

Kompas.com - 11/03/2023, 21:02 WIB
Josephus Primus

Penulis

 

KOMPAS.com - Dugderan adalah tradisi lokal yang menjadi ikon Kota Semarang.

Lazimnya, dugderan berlangsung satu minggu sebelum Ramadan.

Laman sumber bacaan Kompas.com edisi 6 Desember 2021 menyebut bahwa dugderan terinspirasi oleh suara mercon selama festival tersebut.

Dalam hitungan sejarah, dugderan sudah ada sejak 1881.

Kala itu, kepemimpinan di Semarang dipegang oleh Bupati Purbaningrat.

Baca juga: Sambut Ramadhan, Tradisi Dugderan di Kota Semarang Bakal Digelar Lebih Meriah

Dugderan

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo (kiri) menrima maskot Asean Schools Games XI 2019,  boneka maskot humanoid Warak Ngendog Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo (kiri) menrima maskot Asean Schools Games XI 2019, boneka maskot humanoid Warak Ngendog

Ada urut-urutan peserta festival dugderan yang biasanya diawali oleh karnaval di Pasar Johar, Semarang menuju Masjid Kauman, Semarang.

Selain penari, peserta karnaval adalah arak-arakan warak ngendog.

Warak ngendog diterjemahkan sebagai badak bertelor.

Sejatinya, ada pesan di balik eksistensi warak ngendog.

Pesan yang disampaikan adalah barang siapa mampu menjaga kesucian di Ramadan, pada akhir bulan, yang bersangkutan mendapatkan pahala pada Lebaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com