KOMPAS.com - Dugderan adalah tradisi lokal yang menjadi ikon Kota Semarang.
Lazimnya, dugderan berlangsung satu minggu sebelum Ramadan.
Laman sumber bacaan Kompas.com edisi 6 Desember 2021 menyebut bahwa dugderan terinspirasi oleh suara mercon selama festival tersebut.
Dalam hitungan sejarah, dugderan sudah ada sejak 1881.
Kala itu, kepemimpinan di Semarang dipegang oleh Bupati Purbaningrat.
Baca juga: Sambut Ramadhan, Tradisi Dugderan di Kota Semarang Bakal Digelar Lebih Meriah
Dugderan
Ada urut-urutan peserta festival dugderan yang biasanya diawali oleh karnaval di Pasar Johar, Semarang menuju Masjid Kauman, Semarang.
Selain penari, peserta karnaval adalah arak-arakan warak ngendog.
Warak ngendog diterjemahkan sebagai badak bertelor.
Sejatinya, ada pesan di balik eksistensi warak ngendog.
Pesan yang disampaikan adalah barang siapa mampu menjaga kesucian di Ramadan, pada akhir bulan, yang bersangkutan mendapatkan pahala pada Lebaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.