KOMPAS.com - Prasasti Pariangan adalah sebuah prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke-14.
Prasasti Pariangan ditemukan di tepi Sungai Mengkaweh, lereng Gunung Merapi, tepatnya di Nagari Pariangan, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Prasasti ini berukuran tinggi mencapai 1,6 meter, lebar 2,6 meter, dan tebal 1,6 meter, berupa sejenis batu vulkanik yang tidak dibentuk alias terbentuk secara alami.
Baca juga: Prasasti Kubu Rajo I, Puji-pujian Terhadap Raja Adityawarman
Isi Prasasti Pariangan terdiri dari enam baris tulisan.
Akan tetapi, sayangnya tulisan-tulisan tersebut tidak dapat jelas terbaca.
Hal ini disebabkan karena tulisan pada prasasti ini memakai aksara Hindu Buddha semasa dulunya dan sekarang sudah tidak jelas.
Terdapat sebuah angka tahun, tetapi yang terbaca hanya dua angka di bagian depan, yaitu angka 12.
Sementara itu, bentuk tulisannya hampir sama dengan prasasti-prasasti lain peninggalan Raja Adityawarman.
Prasasti Pariangan memiliki sebutan lain, yaitu Batu Basurek.
Berdasarkan dari kisah sejarahnya, fungsi dari Prasasti Pariangan ini bukan hanya untuk menjelaskan asal-usul batu tersebut, melainkan juga untuk memenuhi tuntutan-tuntutan religius, hasrat dan dorongan moral, kepatuhan sosial, serta kebutuhan praktis.
Bagi masyarakat Pariangan sendiri, mitos dari Prasasti Pariangan ini berfungsi untuk menggambarkan, memperkuat, dan mengintensifkan sekaligus mencatat berbagai keyakinan yang ada.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kekuatan moralitas bagi kehidupan setiap manusia.
Referensi: