Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corak Legitimasi Kekuasaan dalam Babad dan Hikayat

Kompas.com - 01/03/2023, 11:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Demikian juga dalam Babad Tanah Jawi, mencoba melukiskan hubungan leluhur kerajaan Mataram dengan kerajaan Majapahit yang dikenal keagungannya.

Seperti yang umum diketahui bahwa leluhur kerajaan Mataram berasal dari golongan orang-orang biasa, sebagai kaum petani.

Maka, supaya kekuasaannya dapat diterima dan diakui oleh masyarakat, perlu ada legitimasi atas kekuasaannya.

Bentuk legitimasi terhadap kerajaan Mataram dalam babad Tanah Jawi diilustrasikan sebagai trahing kusuma, rembesing ing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih.

Hikayat

Pada dasarnya, Hikayat tidak berbeda jauh dengan Babad jika dilihat dari segi fungsi dan isinya, sama berkaitan dengan kekuasaan dan legitimasi terhadap kuasa raja.

Akan tetapi, bila dicermati secara spesifik terkait corak dan pola legitimasi khususnya dalam sudut pandang religi, maka perbedaan keduanya akan terlihat.

Bila Babad dalam narasi-narasi selalu menghubungkan leluhurnya hingga kepada para dewa-dewa, dalam Hikayat selalu mengistimewakan muasal raja sebagai utusan dan wakil Tuhan di dunia.

Oleh karena itu, silsilah dan cerita kelahiran raja-raja dikisahkan sebagai orang yang terlahir secara istimewa di luar kelaziman.

Misalnya, dalam Hikayat Raja-Raja Pasai, mengisahkan tentang Raja Pasai yang dilahirkan dari seorang ibu yang lahir dari rebung betung dan ayah yang dibesarkan oleh seekor gajah.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai : Raja, Lokasi, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Karena narasi kelahiran demikian ini, mereka akan dianggap sebagai orang yang tidak biasa. Selanjutnya, hikayat dihubungkan dengan kondisi religi masyarakat pada kala itu.

Atas perpaduan narasi dan kondisi religi masyarakat Melayu pada masa itu, muncullah suatu legitimasi bahwa Raja Pasai merupakan utusan dari Tuhan untuk memimpin dunia.

Begitu juga dalam Hikayat Hang Tuah, mencoba melegitimasi Hang Tuah atas kekuasaannya.
Diceritakan dalam Hikayat Hang Tuah bahwa Sultan Malaka merupakan seseorang yang lahir dari leluhur yang turun dari kayangan.

Dikisahkan juga bahwa Hang Tuah memiliki hubungan yang akrab dengan raja-raja lain seperti Majapahit, Cina, dan Rum.

Letak perbedaan corak antara Babad dan Hikayat pada dasarnya terletak pada corak religius dalam narasinya.

Babad condong pada mistik bersifat kedewaan, sedangkan dalam Hikayat condong pada mistik religius Islam.

Referensi:

  • Sudibyo, S. (2000). Mistifikasi dan Pengagungan Kekuasaan dalam Babad dan Hikayat: Kontinuitasnya dalam Sistem Kekuasaan Indonesia Modern. Humaniora, 12(2), 195-204.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com