Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Paman Nabi Muhammad Menolak Masuk Islam?

Kompas.com - 21/12/2022, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber NU Online

KOMPAS.com - Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad yang dikenal sebagai salah satu tokoh berpengaruh dan terhormat di Mekkah.

Abu Thalib merupakan orang yang mengasuh Nabi Muhammad sejak usianya delapan tahun.

Ketika Nabi Muhammad mulai menjalankan dakwah Islam dan menghadapi kerasnya tentangan dari kaum kafir Quraisy, Abu Thalib menjadi salah satu pembela terdepan Rasulullah.

Kendati demikian, Abu Thalib tidak masuk Islam seperti halnya orang-orang terdekat Nabi Muhammad lainnya.

Mengapa Abu Thalib menolak masuk Islam?

Baca juga: Sejarah Kodifikasi Al Quran pada Masa Nabi Muhammad

Kisah Abu Thalib

Nabi Muhammad telah menjadi yatim piatu sejak kecil, yang membuatnya diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthalib.

Sepeninggal Abdul Muthalib, Muhammad yang masih berusia delapan tahun kemudian dibesarkan oleh Abu Thalib.

Awal periode kehidupan Muhammad sebelum menikah dengan Khadijah pun dihabiskan bersama keluarga Abu Thalib.

Ketika Muhammad telah menikah dan memasuki masa kenabian, kasih sayang Abu Thalib tidak pernah berhenti tercurah.

Abu Thalib senantiasa berada di samping Nabi Muhammad untuk memberikan dukungannya.

Bahkan Abu Thalib menjadi pelindung terdepan Nabi Muhammad yang berkali-kali hendak dicelakai oleh kaum kafir Quraisy dalam misi dakwahnya.

Baca juga: Fatimah Az Zahra, Putri Kesayangan Nabi Muhammad

Namun, ada hal menarik dari Abu Thalib. Meski tidak ragu untuk menanggung banyak kesusahan dan pengorbanan dalam upaya melindungi keponakannya dalam berdakwah, Abu Thalib tidak pernah menyatakan masuk Islam.

Padahal putra-putra Abu Thalib termasuk dalam golongan orang yang paling awal meyakini ajaran Nabi dan masuk Islam.

Abu Thalib bahkan menganjurkan putranya, Ali bin Abi Thalib, agar mengikuti Nabi Muhammad yang diyakininya selalu mengajak pada kebaikan, meski ia sendiri tidak mengikuti ajaran Nabi ataupun meninggalkan agama leluhurnya.

Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Abu Thalib tidak hanya sekali diajak oleh Nabi Muhammad untuk beriman kepada Allah.

Namun, Abu Thalib menjawab, "Wahai putra saudaraku! Aku tidak dapat meninggalkan agama leluhurku dan tradisi mereka, tetapi demi Allah tidak akan ada sesuatu yang buruk menimpamu selama aku hidup."

Baca juga: Siti Khadijah, Istri Pertama Nabi Muhammad

Apakah Abu Thalib meninggal dalam keadaan beriman?

Abu Thalib wafat pada tahun kesepuluh kenabian atau sekitar tahun 620 Masehi karena sakit.

Selama sekitar 42 tahun hidup berdampingan dengan Nabi Muhammad, dukungan Abu Thalib terhadap keponakan yang dicintainya tidak pernah berkurang.

Kisah wafatnya Abu Thalib selalu diikuti dengan perdebatan para ulama yang memperbincangkan tentang keimanannya.

Beberapa ulama meyakini Abu Thalib mengucap syahadat di saat-saat terakhirnya, ada juga yang menampik hal itu.

Dalam Tafsir al-Mishbah, disebut bahwa Nabi sangat ingin agar pamannya beriman dan mengucap dua kalimat syahadat sebelum wafatnya.

Terlebih, Abu Thalib memiliki andil sangat besar dalam dakwah Islam sehingga pantas mendapat nikmat ilahi di akhirat. Namun, harapan Nabi tidak terpenuhi.

Baca juga: Siapa Saja yang Pernah Mengasuh Nabi Muhammad?

Beberapa pakar hadis seperti Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Mardawaih, al-Baihaqi, dan lainnya, meriwayatkan melalui sahabat Nabi, Abu Hurairah.

Diceritakan bahwa ketika kematian Abu Thalib telah dekat, Nabi Muhammad mendatanginya dan memintanya mengucap sepenggal kalimat syahadat.

Akan tetapi Abu Thalib menjawab, "Seandainya kaum Quraisy tidak mencelaku dengan berkata, 'Tidak ada yang mendorongnya mengucapkannya kecuali karena kesedihannya menghadapi maut, niscaya aku mengucapkannya untukmu."

Dari pendapat tersebut, paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib, menolak ajakan menyembah Allah dan lebih memilih agama kaumnya.

Hal ini terjadi karena Abu Thalib tidak ingin dianggap oleh kaum Quraisy bahwa dirinya takut menghadapi kematian sehingga mengubah agamanya.

Di samping pendapat itu, sebagian ulama meyakini bahwa Abu Thalib tidak wafat dalam keadaan tidak beriman.

Sebagaimana diriwayatkan paman Nabi, Abbas, bahwa Abu Thalib telah mengucap kalimat syahadat di akhir napasnya. Namun, riwayat ini lemah.

Baca juga: Abu Jahal, Bapak Kebodohan yang Tewas dalam Perang Badar

Melansir laman NU Online, kalangan Asy'ariyah juga meyakini bahwa Abu Thalib wafat dalam keadaan beriman.

Bahkan seorang Mufti Makkah Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan menulis kitab berjudul Asnal Mathalib fi Najati Abi Thalib yang khusus membantah tuduhan Abu Thalib wafat dalam keadaan kafir.

Syekh Ahmad menggunakan argumen seorang mufti di Madinah, Syekh Al-Barzanji, yang mengatakan bahwa tiga hadis yang menyatakan bahwa Abu Thalib mendapat siksaan ringan di neraka adalah hadis sahih.

Diduga, Abu Thalib tidak menyatakan memeluk Islam secara terbuka agar bisa mempertahankan pengaruhnya di kalangan Quraisy untuk melindungi Nabi Muhammad.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa semua ulama sepakat bahwa sepanjang hidupnya Abu Thalib menyatakan keengganannya untuk beriman.

Namun, apakah Abu Thalib meninggal dalam keadaan beriman atau kafir, para ulama masih berbeda pendapat.

 

Referensi:

  • Nadwi, Sayyid Sulaiman. (2015). Ali Bin Abi Thalib (Terjemahan Abdul Azis). Depok: Kaysa Media.
  • Shihab, M Quraish. (2018). Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al Quran dan Hadis-hadis Shahih. Tangerang: Penerbit Lentera Hati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com