Sebelum naik takhta menggantikan ayahnya, Raden Mas Sugandi lebih dulu diangkat menjadi putra mahkota bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Ing Surakarta.
Pakubuwono V hanya memerintah selama tiga tahun, yakni hingga akhir hayatnya pada 1823.
Baca juga: Sri Susuhunan Pakubuwono V: Raja di Balik Lahirnya Serat Centhini
Sri Susuhunan Pakubuwono VI adalah putra Pakubuwono V yang memiliki nama kecil Raden Mas Sapardan.
Pakubuwono VI adalah pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, yang turut ditangkap dan diasingkan ke Ambon.
Untuk menghargai jasanya, Pakubuwono VI telah dikukuhan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 294 Tahun 1964.
Setelah Pakubuwono VI diasingkan Belanda ke Ambon, takhta Kasunanan Surakarta jatuh ke tangan pamannya, Sri Susuhunan Pakubuwono VII.
Pakubuwono VII adalah putra Pakubuwono IV dan Raden Ayu Sukaptinah atau Kanjeng Ratu Kencana Wungu.
Nama kecilnya Raden Mas Malikis Solikin, dan saat tumbuh dewasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya.
Baca juga: Sri Susuhunan Pakubuwono VII: Biografi dan Kebijakannya
Sri Susuhunan Pakubuwono VIII adalah putra Pakubuwono IV sekaligus kakak dari Pakubuwono VII, tetapi lain ibu.
Ibunya adalah seorang selir bernama Raden Mas Ayu Rantansari, putri Ngabehi Joyokartiko, seorang abdi dalem di Kadipaten Anom.
Pakubuwono VIII memiliki nama kecil Raden Mas Kuseni, kemudian diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hangabehi saat diangkat sebagai pangeran pada 1805.
Pakubuwono VIII hanya memerintah selama tiga tahun, yakni antara 1858-1861.
Ketika naik takhta untuk menggantikan Pakubuwono VII yang tidak memiliki keturunan laki-laki, usianya memang telah senja, yakni 69 tahun.
Sri Susuhunan Pakubuwono IX adalah putra Pakubuwono VI dan Ratu Hemas atau Kanjeng Ratu Ageng yang lahir dengan nama Raden Mas Suryo Duksina.
Pakubuwono IX dikenal sebagai sunan yang aktif menulis karya sastra yang sarat akan nasihat.