Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuan Bagunda Raja dan Si Nanggur Dawa, Kisah Terciptanya Alam Semesta

Kompas.com - 20/08/2022, 10:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tuan Bagunda Raja dan Si Nanggur Dawa merupakan sebuah mite yang menceritakan tentang terciptanya alam semesta.

Kisah Tuan Bagunda Raja dan Si Nanggur Dawa berkembang dan dipercaya oleh masyarakat di Kabupaten Karo. 

Mite Tuan Bagunda Raja dan Manuk Si Nanggur Dawa menggambarkan pandangan nenek moyang masyarakat Karo tentang alam semesta.

Dalam mite ini digambarkan sejarah penciptaan bumi, bulan, matahari, mata angin, beserta manusia dan hantu yang menjadi penghuni bumi.

Baca juga: Legenda Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme

Asal mula Kisah Tuan Bagunda Raja dan Si Nanggur Dawa

Mite Tuan Bagunda Raja dan Manuk Si Nanggur Dawa bermula dari kisah seorang putri kayangan bernama Inang Seribu Tua yang memiliki putra bernama Tuan Bagunda Raja.

Keberadaan Tuan Bagunda Raja tidak diketahui siapa pun, sehingga ia dipandang sebagai putra dewa.

Setelah dewasa, Inang Seribu Tua meminta Tuan Bagunda Raja untuk segera menikah dan berumah tangga.

Tuan Bagunda Raja setuju untuk menikah dengan putri pamannya yang merupakan saudara laki-laki sang ibu.


Sang paman sebenarnya memiliki delapan saudara laki-laki yang menjadi raja di delapan penjuru mata angin.

Akhirnya, secara sembunyi-sembunyi, Tuan Bagunda Raja mengetahui keadaan pamannya tersebut.

Tuan Bagunda Raja kemudian menyuruh seekor ayam emas bernama Manuk Si Nanggur Dewa untuk memilih putri pamannya untuk dijadikan istri.

Hasilnya terpilih putri Raja Purba yang merupakan penguasa di daerah timur, untuk dijadikan istri Tuan Bagunda Raja.

Setelah menikah dengan putri Raja Purba, Tuan Bagunda Raja membawanya ke kayangan tanpa sepengetahuan mertuanya.

Hal itu mengakibatkan Tuan Bagunda Raja dan istrinya tidak memiliki anak.

Namun, setelah nasihat seorang dukun, Tuan Bagunda Raja akhirnya memiliki anak.

Ia berhasil memiliki anak setelah meminta maaf kepada orang tua istrinya.

Kelahiran penguasa dunia bawah dan bumi

Konon, Tuan Bagunda Raja berbicara dengan bayi di dalam kandungan istrinya hingga diketahui anak tersebut bernama Tuan Paduka Aji.

Kelak, Tuan Paduka Aji memiliki jabatan sebagai penghancur dan tinggal di dunia bawah.

Setelah kelahiran Tuan Paduka Aji, istri Tuan Bagunda Raja hamil lagi.

Bagunda Raja Kembali bercakap-cakap dengan anak dalam kandungan istrinya.

Anak itu laki-laki dan dinamai Tuan Banua Koling.

Kelak, Tuan Banua Koling memiliki jabatan sebagai pemelihara dan bertempat tinggal di dunia tengah.

Setelah Tuan Banua Koling lahir, Tuan Bagunda Raja kemudian menggantung sang anak dari kayangan dengan tali sutera.

Tuan Bagunda Raja menempatkan anaknya, Tuan Banua Koling, itu di dunia tengah, yakni bumi.

Tuan Banua Koling pun menjadi penguasa bumi, sedangkan kakaknya Tuan Paduka Aji menjadi penguasa dunia bawah.

Pernikahan Tuan Banua Koling

Setelah dewasa, Tuan Banua Koling ditanya oleh Manuk Si Nanggur Dawa tentang perkawinannya.

Tuan Banua Koling menyerahkan perihal pernikahannya kepada orang tuanya.

Sang ibu kemudian membuat boneka yang menyerupai manusia.

Baca juga: Legenda Tengger, Pengorbanan Anak Roro Anteng dan Joko Seger

Manuk Si Nanggur Dawa memasukkan boneka itu ke dalam sebuah bakul dan tidak boleh dibuka sebelum empat hari.

Namun, Tuan Banua Koling membukanya dua hari kemudian, lalu boneka tersebut menjelma menjadi setan.

Setelah itu, Manuk Si Nanggur Dawa kembali memasukkan boneka manusia ke dalam bakul dan tidak boleh dibuka sebelum empat hari.

Akan tetapi, Tuan Banua Koling berulang kali membuka bakul sebelum empat hari.

Kemudian, boneka manusia itu menjelma menjadi hantu air bernama Sidangbela.

Pada percobaan ketiga, boneka manusia itu pun berubah wujud menjadi gadis cantik dan dijadikan istri Tuan Banua Koling.

Sementara itu, di Kayangan, istri Tuan Bagunda Raja hamil dan melahirkan anak perempuan bernama Dibata Kaci-Kaci.

Adapun tugas dari Dibata Kaci-Kaci adalah mendamaikan dua kakaknya.

Kisah terciptanya bulan dan matahari

Di sisi lain, istri Tuan Banua Koling hamil dan melahirkan 14 orang anak yang terdiri dari tujuh laki-laki dan tujuh perempuan.

Tuan Banua Koling kemudian membunuh seluruh anaknya karena tidak mau bekerja.

Akibatnya, anak-anak yang dibunuh menjelma menjadi tujuh matahari dan tujuh bulan.

Keadaan tersebut membuat bumi panas di siang hari dan sangat dingin ketika malam hari.

Tuan Banua Koling kemudian membunuh enam matahari dan enam bulan, sehingga tersisa satu matahari dan satu bulan seperti yang kita ketahui saat ini.

Setelah itu, istri Tuan Banua Koling hamil lagi dan memperoleh delapan anak sekaligus.

Mereka merawat seluruh anaknya dengan penuh kasih sayang.

Setelah dewasa, delapan anak Tuan Banua Koling kemudian menempati satu penjuru mata angin dan bersama-sama memelihara keselamatan bumi dan penghuninya.

Baca juga: Legenda Putri Hijau, Perang Dua Kerajaan Sumatera Utara

Referensi:

  • Lubis, Pangaduan. (1997). Cerita Rakyat Dari Karo . Jakarta: Grasindo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com