Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjarahan Koleksi dan Benda Seni di Eropa oleh Jerman

Kompas.com - 05/08/2022, 16:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat Perang Dunia II terjadi, pasukan Jerman melakukan penjarahan pada benda seni dan buku.

Penjarahan tersebut merupakan obsesi dari Adolf Hitler yang menganggap dirinya sebagai seorang seniman sejati.

Ia memiliki anggapan bahwa seni modern telah merosot kualitasnya. Hitler hanya mengagumi seni lanskap dan portrait.

Oleh karena itu, karya seni selain aliran tersebut akan dijarah, dimusnahkan, hingga dijual untuk keperluan kegiatan Nazi Jerman.

Baca juga: U-boat: Kapal Selam Jerman yang Jadi Senjata Mematikan di Perang Dunia

Latar belakang penjarahan karya seni

Adolf Hitler adalah Kanselir Jerman dan juga seorang seniman yang gagal.

Ia pernah ditolak masuk ke dalam Vienna Academy of Fine Arts.

Meski demikian, Hitler masih menganggap dirinya sebagai seniman dan penikmat seni.

Dalam bukunya, Mein Kampf, Hitler mengkritik keras seni modern yang dianggap telah merosot kualitasnya.

Hitler menganggap bahwa aliran seni Kubisme, Futurisme, dan Dadaisme merupakan produk gagal.

Ketika Hitler menjadi Kanselir Jerman pada 1933, ia menegakkan ide-ide estetik pada bangsa Jerman.

Ia menekankan seni pada aliran lanskap dan portrait dari masa Old Master, terutama yang berasal dari Jerman.

Sementara seni modern yang tidak disukai oleh Hitler disebut sebagai seni bobrok. Semua karya seni bobrok yang berada di Jerman akan dijual dan dihancurkan.

Selain karya seni, Hitler juga memerintahkan perampasan dan penghancuran buku-buku tertentu.

Penjarahan karya seni

Ketika Nazi berkuasa di Jerman, mereka berupaya menjarah benda-benda budaya di setiap wilayah yang dikuasai.

Upaya tersebut dilakukan secara sistematis melalui sebuah organisasi yang dibentuk secara khusus.

Organisasi ini bertugas untuk memutuskan koleksi pribadi atau publik yang berharga bagi Rezim Nazi.

Beberapa benda seni yang dijarah akan dialokasikan sebagai koleksi Fuhrermuseum.

Beberapa benda lainnya jatuh ke petinggi Nazi, seperti Hermann Goring, sedangkan lainnya dijual untuk mendanai kegiatan Nazi.

Pada 1940, Nazi mendirikan organisasi bernama Einsatzstab Reichsleiter Rosenberg für die Besetzten Gebiete, atau ERR, yang dikepalai oleh Kurt von Behr.

Mulanya, organisasi ini bertujuan mengumpulkan koleksi buku dan dokumen milik para Yahudi dan Freemason.

Buku dan dokumen tersebut akan dihancurkan atau dibawa ke Jerman untuk dipelajari.

Namun, pada akhir 1940, ERR diambil alih oleh Hermann Goring. Ia mengubah misi ERR, yakni menjarah semua koleksi benda-benda seni milik Yahudi.

Hasil jarahan ini dikumpulkan di Museum Jeu de Paume, Paris, sebelum dikirim ke Jerman.

Di Museum Jeu de Paume, terdapat kurator bernama Bruno Lohse.

Bruno Lohse memajang benda-benda seni yang baru dijarah.

Göring telah mengambil setidaknya 594 karya seni untuk koleksinya sendiri. Ia menjadikan Lohse sebagai kepala ERR unit Paris pada 1941.

Di bawah kepemimpinan Goring, ERR telah menyita 21.000-an benda seni dari negara-negara yang diduduki Jerman.

Selain itu, ada juga organisasi penjarahan Nazi, yakni Dienststelle Muhimann yang dikelola oleh Kajetan Muhimann.

Organisasi ini ditugaskan untuk beroperasi di Belanda, Belgia, Perancis, dan Rusia.

Banyak koleksi seni koleksi keluarga Rothschild, Rosenbergs, hingga Goudstilkker, menjadi sasaran utama.

Baca juga: Jumlah Korban Perang Dunia II Lebih dari 60 Juta Jiwa

Pada 1945 saat akhir Perang Dunia II, ERR berhasil mengumpulkan ratusan ribu benda-benda budaya di Eropa.

Upaya pengembalian

Setelah Jerman menyerah pada Perang Dunia II, Uni Soviet mendirikan Soviet State Extraordinary Commission for Ascertaining and Investigating the Crimes Committed by the German-Fascist Invaders and Their Accomplices pada 2 November 1945.

Organisasi tersebut bertugas untuk melacak dan mengumpulkan benda-benda yang dijarah oleh Jerman.

Dari 1945 hingga 1991, organisasi ini telah mengumpulkan benda-benda jarahan Jerman di 44 museum di Soviet.

Berdasarkan temuan tersebut, terdapat sekitar 400-an benda jarahan Jerman dalam keadaan rusak.

Setelah Uni Soviet bubar pada 1991, pemerintah Rusia mendirikan State Comission for the Restitution of Cultural Valuables.

Hingga 2008, organisasi ini berhasil mengidentifikasi koleksi-koleksi yang hilang di 14 museum dan perpustakaan.

Baca juga: Persahabatan Hitler-Mussolini dan Pecahnya Perang Dunia II

Museum dan perpustakaan tersebut terdiri dari:

  • Oblast Voronezh
  • Oblast Kursk
  • Oblast Pskov
  • Oblast Rostov
  • Oblast Smolensk
  • Gatchina
  • Istana Peterhof
  • Tsarkoye Selo
  • Novgorod
  • Oblast Novgorod

Diperkirakan ada sekitar 1 juta karya seni yang hilang karena penjarahan selama Perang Dunia II.

Referensi:

Beevor, Anthony. (2012). The Second World War. London: Weidenfeld and Nicolson

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com