KOMPAS.com – Daniel Maukar adalah seorang penerbang berpangkat Letnan Dua yang dijuluki Last Tiger atau Tiger sebagai nama panggilannya sebagai penerbang.
Daniel Maukar disebut-sebut sebagai salah satu pilot terbaik karena dipercaya menerbangkan pesawat tempur Mig-17 buatan Uni Soviet.
Meskipun berprestasi, Daniel Maukar akhirnya dikenal karena menembaki Istana Negara menggunakan pesawat Mig-17 yang ia bawa.
Baca juga: Gerakan Permesta: Latar Belakang, Tuntutan, dan Penumpasan
Daniel Maukar atau yang bernama lengkap Daniel Alexander Maukar lahir di Bandung, Jawa Barat, tanggal 20 April 1932.
Ia merupakan putra dari Karel Herman Maukar dan Enna Talumepa.
Sebenarnya, tidak banyak informasi pribadi yang didapat tentang Daniel Maukar.
Namun, ia dikenal sebagai salah satu pilot pesawat tempur terbaik di Tanah Air pada masanya.
Kehebatannya terbukti dengan ia dipercaya oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) untuk menerbangkan pesawat tempur milik Uni Soviet, Mig-17.
Sayangnya, dibalik prestasi tersebut, ternyata Daniel termasuk salah satu pelaku yang mencoba melakukan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno pada 1960.
Baca juga: Peran Wright Bersaudara terhadap Dunia Penerbangan
Awal mula keterlibatan Daniel Maukar terhadap upaya pembunuhan Presiden Soekarno, karena ia berhasil dihasut oleh salah satu anggota Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), Sam Karundeng.
Pasalnya, Sam mengajak Daniel dan kakaknya, Herman, bersekongkol menjalankan sebuah misi bernama Manguni.
Manguni merupakan bagian dari gerakan yang menuntut Pemerintah Republik Indonesia melakukan diplomasi bersama Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).
Permesta terbentuk karena rasa kecewa rakyat terhadap sistem pembangunan dan ekonomi yang dianggap tidak adil antara pemerintah pusat dengan daerah.
Awalnya Daniel menolak ajakan Sam, tetapi setelah mengetahui tujuan Manguni adalah menuntut perdamaian nasional, Daniel mengubah keputusannya.
Bahkan, Daniel mengajukan diri untuk menembak Kompleks BPM di Tanjung Priok, Istana Negara, dan Istana Bogor pada tanggal 9 Maret 1960 pagi, karena ia mendapat jadwal menerbangkan pesawat Mig-17 seorang diri di hari itu.