Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tarekat Shiddiqiyyah: Aliran Tasawuf dari Jombang

Kompas.com - 07/07/2022, 22:26 WIB
Tri Indriawati

Penulis

KOMPAS.com - Tarekat Shiddiqiyyah adalah salah satu aliran tasawuf yang berkembang di Indonesia.

Tarekat Shiddiqiyyah pertama kali muncul di Desa Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sekitar tahun 1958.

Perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah berpusat di Pondok Pesantren Majma'al Bahroin Hubbul Wathon minal Iman Shiddiqiyyah, Jombang.

Pondok pesantren penganut Tarekat Shiddiqiyyah ini didirikan dan dipimpin oleh K.H. M. Muchtar bin Haji Much. Mu’thi.

Adapun Tarekat Shiddiqiyyah disebut sebagai aliran tarekat lokal karena tidak ditemukan di negara-negara lain di dunia.

Baca juga: Mengapa Jombang Disebut Kota Santri?

 

Tentang pendiri Tarekat Shiddiqiyyah

Pendiri Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, K.H. M. Muchtar bin Haji Much. Mu’thi lahir di Jombang pada 14 Oktober 1928 atau 28 Rabiul Awal 1347 H.

K.H. M. Muchtar bin Haji Much. Mu’thi yang juga dikenal sebagai Kiai Tar, merupakan salah satu ahli tasawuf di Jawa Timur. 

Ia pernah menimba ilmu di Pesantren Rejoso (Darul Ulum) selama enam tahun.

Kemudian, Kiai Muchtar Mu'thi pindah ke Pesantren Bahrul Ulum di Tambak Beras, Jombang.

Selama belajar di pesantren, Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca Alquran dan mengkaji kitab-kitab bersama para kyai.

Kiai Muchtar Mu'thi juga merupakan murid dari Syeikh Syueb Jamali Al Banteni.

Syeikh Syueb Jamali banyak mempengaruhi pemikiran Kiai Muchtar Mu'thi dalam mendirikan Tarekat Shiddiqiyyah di Jombang. 

 

Mengenal Tarekat Shiddiqiyyah

Tarekat Shiddiqiyyah sebenarnya digolongkan ke dalam thariqah gairu mu'tabarah (tarekat yang tidak sah) oleh Jami'iyyah Ahli Tariqah al-Mu'tabarah Indonesia (JATMI) serta Nahdlatul Ulama (NU).

Shiddiqiyyah tidak dianggap sah karena dipandang sanad atau silsilah tarekatnya terputus.

Shiddiqiyyah disebut memiliki silsilah atau nasab yang panjang, dimulai dari Muhammad Rasulullah SAW melalui sahabat Abu Bakar As-Shiddiq, lalu turun ke Salman al Farisi, Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Siddiq, Imam Ja'far al-Shadiq, Syeikh Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Sarwasyam al-Basthami, hingga kepada Syeikh Amin al-Kurdi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com