Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fatahillah, Penakluk Portugis di Sunda Kelapa

Kompas.com - 10/02/2022, 10:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fatahillah atau Faletehan, merupakan panglima pasukan Kerajaan Demak-Cirebon yang memimpin penaklukan Portugis di Sunda Kelapa pada 1527.

Setelah mengusir Portugis, ia menggganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang berarti kota kemenangan.

Nama Faletehan didapat dari orang Portugis bernama Joao de Barros dalam bukunya yang berjudul Decadas da Asia.

Kendati demikian, asal-usulnya masih diperdebatkan oleh para ahli hingga saat ini.

Bahkan ada yang mengganggap bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati adalah orang yang sama.

Benarkah Fatahillah merupakan orang yang sama dengan Sunan Gunung Jati?

Baca juga: Pangeran Jayakarta, Penguasa Jakarta yang Paling Diburu VOC

Asal-usul

Mengenai asal-usul dari Fatahillah terdapat banyak pendapat dan riwayat yang dikemukakan oleh para sejarawan.

Salah satu pendapat mengemukakan bahwa Fatahillah berasal dari Pasai, Aceh Utara, yang memilih untuk hijrah ke Mekkah setelah tanahnya dikuasai Portugis.

Setelah beberapa tahun di Mekkah, Fatahillah kembali ke tanah air, tetapi bukan ke Aceh, melainkan ke Jawa, tepatnya di Kerajaan Demak.

Selain itu, ada pendapat yang meyakini bahwa Fatahillah adalah keturunan raja dari Arab dan masih keturunan Nabi Muhammad, yang kemudian menikahi putri Raja Pajajaran.

Pendapat lain menyebutkan bahwa Fatahillah lahir pada 1448 dari pasangan Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda dan Nyai Rara Santang.

Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda disebut sebagai pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim, sedangkan Nyai Rara Santang adalah putri Raja Pajajaran, Raden Manah Rasa.

Soal hubungan keluarga, banyak yang meyakini Fatahillah merupakan menantu dari Sunan Gunung Jati.

Baca juga: Prabu Siliwangi, Raja Terhebat Kerajaan Pajajaran

Menaklukkan Sunda Kelapa

Terlepas dari perdebatan asal-usulnya, Fatahillah diakui sebagai panglima perang yang berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Para Sejarawan berpendapat bahwa Fatahillah menginjakkan kakinya di Jawa pada 1525, tepatnya di Tanah Sunda.

Kedatangannya disambut baik oleh Raja Sunda, Prabu Surawisesa, yang dikenal oleh Portugis sebagai Raja Samio.

Kerajaan Sunda pada saat itu telah melakukan kerja sama dengan Portugis guna melegitimasi kekuasaannya di Sunda Kelapa dari kekuatan politik Islam di wilayah Jawa atau Mataram.

Namun, Fatahillah menilai bahwa kehadiran Portugis di Sunda Kelapa merupakan ancaman bagi seluruh wilayah Nusantara, terutama Jawa.

Fatahillah kemudian pergi ke Demak dan mengabdikan dirinya kepada Sultan Trenggono, penguasa Kerajaan Demak saat itu.

Baca juga: Sultan Trenggono, Raja Demak yang Menaklukkan Majapahit

Sultan Trenggono kemudian menikahkan adik perempuannya dengan Fatahillah.

Selain itu, Fatahillah juga diberikan kuasa terhadap ribuan prajurit untuk mengislamkan Sunda dan merebut Sunda Kelapa dari Portugis.

Dalam perjalanannya ke Sunda Kelapa, Fatahillah singgah di Kesultanan Cirebon untuk menggabungkan kekuatannya.

Fatahillah diperkirakan membawa 20 kapal yang mengangkut sekitar 1.500 pasukan di bawah pimpinannya.

Ekspedisi itu mulai dilancarkan pada 1526 dan berakhir pada 22 Juni 1527, ketika pasukannya berhasil mengalahkan Portugis dan menguasai Sunda Kelapa.

Setelah berhasil mengusir Portugis, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

Penaklukkan Fatahillah atas Portugis pada 22 Juni 1527 kemudian diperingati sebagai hari jadi Jakarta.

Baca juga: Perlawanan Demak terhadap Portugis

Hubungan dengan Sunan Gunung Jati

Sejarawan seperti Slamet Muljana dan Hoesein Djajadiningrat berpendapat bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati merupakan orang yang sama.

Mereka meyakini bahwa Fatahillah, selain sebagai penakluk Sunda Kelapa, juga sebagai seorang pedakwah agama Islam di Cirebon hingga akhir hayatnya pada 1570.

Namun, pendapat itu dibantah, bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati merupakan dua orang yang berbeda.

Hal ini dibuktikan dengan adanya makam Fatahillah dan Sunan Gunung Jati yang berada di lokasi berbeda.

Selain itu, pendapat terkait sepak terjangnya juga berbeda. Fatahillah dikenal sebagai seorang panglima perang Demak.

Sedangkan Sunan Gunung Jati adalah anggota dari Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa.

 

Referensi:

  • Ali, Rahmat. (1995). Fatahillah Pahlawan Kota Jakarta. Jakarta: Balai Pustaka.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com