KOMPAS.com - Perang Riddah adalah perang melawan kemurtadan dan serangkaian pemberontakan yang dilakukan beberapa suku Arab.
Pertempuran ini terjadi pada 632-633, ketika kekhalifahan Islam diperintah oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq terjadi Perang Riddah karena banyak suku Arab yang murtad (kembali menjadi kafir) sepeninggal Nabi Muhammad pada 632.
Selain itu, ada pula umat Islam yang tetap memeluk agamanya tetapi menolak membayar zakat.
Baca juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama
Setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW pada 632, Abu Bakar Ash Shiddiq terpilih menjadi Khulafaur Rasyidin pertama.
Masa pemerintahan Abu Bakar langsung dihadapkan pada gejolak yang diakibatkan oleh kabilah-kabilah di sekitar Madinah.
Kabilah-kabilah yang membangkang tersebut adalah Abs, Dzubyan, Bani Kinanah, Ghatafan, Bani Thai, dan Fazarah.
Pembangkangan mereka dalam bentuk kemurtadan alias kembali menjadi kafir, serta ada pula kaum yang masih memeluk Islam tetapi menolak membayar zakat karena menganggapnya sebagai keharusan membayar pajak.
Khalifah Abu Bakar menganggap mereka yang murtad dan tidak mau membayar zakat sebagai pembangkang, sehingga harus diperangi.
Baca juga: Pertempuran Zab, Puncak Pergolakan Revolusi Abbasiyah
Sesaat setelah Abu Bakar dinobatkan menjadi khalifah, orang-orang murtad dari kabilah Ghatafan dari suku Qays beberapa kali mencoba untuk merebut Mekkah, yang masih setia kepada Islam.
Namun, pada akhirnya mereka bergabung dengan pemimpin anti-Islam di utara, Tulayha dari Bani Asad.
Pada Juli 632, Abu Bakar mengirim utusan ke suku-suku yang membangkang untuk meminta mereka agar tetap memeluk Islam dan membayar zakat.
Namun, permintaan itu ditolak. Bahkan, Tulayha, yang juga memproklamirkan diri sebagai nabi, telah menyiapkan pasukan untuk menyerang Madinah.
Menanggapi hal itu, Khalifah Abu Bakar segera menyiapkan pasukan untuk mempertahankan Madinah, menandai dimulainya Perang Riddah.
Baca juga: Khalid bin Walid, Sahabat Nabi yang Dijuluki Pedang Allah
Panglima perang yang ditunjuk Abu Bakar dalam Perang Riddah adalah Khalid bin Walid, yang dikenal sebagai ahli perang yang tidak terkalahkan.
Dari Madinah, Abu Bakar harus berurusan dengan kemurtadan yang meluas di pantai timur dan selatan Arab. Seperti di Bahrain, Oman, Mahra, Hadhramaut, dan Yaman.
Usaha yang dilakukan Abu Bakar dalam memerangi kaum murtad adalah dengan membentuk pasukan menjadi 11 kelompok.
Pasukan yang paling kuat dipimpin oleh Khalid bin Walid dan ditugaskan untuk menghadapi pembangkang yang paling kuat.
Setelah itu, 11 kelompok tersebut segera menuju daerah tugasnya masing-masing untuk memerangi kaum murtad.
Baca juga: Pertempuran Walaja: Latar Belakang, Strategi, dan Jalannya Perang
Strategi yang digunakan oleh Abu Bakar dengan membagi pasukannya dalam Perang Riddah terbukti berhasil.
Perang melawan kemurtadan pun dapat diakhiri pada 18 Maret 633, dengan kemenangan umat Islam.
Dengan padamnya pemberontakan dari suku-suku pembangkang, Abu Bakar menjadi penguasa seluruh Jazirah Arab.
Perang Riddah menjadi kemenangan politik dan militer terbesar Abu Bakar, yang kemudian semakin memperluas daerah kekuasaannya.
Referensi: