Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Agresi Militer Belanda I

Kompas.com - 27/10/2021, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Agresi Militer Belanda I merupakan operasi militer yang dilakukan oleh Belanda di Jawa dan Sumatra. 

Agresi Militer Belanda I berlangsung sejak 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947, yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal Johannes van Mook. 

Alasan van Mook melancarkan Agresi Militer Belanda I adalah untuk memulihkan perekonomian Belanda pasca-Perang Dunia II dengan menguasai kekayaan alam di Indonesia. 

Baca juga: Agresi Militer Belanda I

Kronologi 

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan, Indonesia tidak langsung lepas begitu saja dari penjajah.

Belanda masih terus berusaha merebut kemerdekaan dengan melakukan sejumlah serangan, salah satunya Agresi Militer Belanda I.

Tujuan Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I adalah untuk membangkitkan perekonomian negara dengan menguasai kekayaan alam Indonesia.

Oleh sebab itu, Belanda menyerang Sumatra dan Jawa untuk menguasai sumber daya alam di sana.

Di Pulau Jawa, Belanda menyerang Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pada 21 Juli 1947, Jawa Barat diserang oleh Divisi B dipimpin S De Waal dan Divisi C dipimpin Mayjen HJJW Durt Britt.

Dalam serangan ini, Belanda berhasil menerobos pertahanan TNI di sektor Bandung Timur setelah dilakukan pergantian pertahanan oleh Divisi II/Sunan Gunung Jati dari Jawa Tengah.

Dalam empat hari pertama, Belanda telah berhasil Kota Cirebon.

Serangan Belanda yang berhasil menerobos pertahanan TNI ini membuat TNI tersadar, bahwa dengan strategi pertahanan dengan kondisi pasukan dan persenjataan yang kurang memadai hanya akan membuang-buang tenaga.

Akhir Agustus 1947, pasukan Siliwangi kembali menyusun kekuatan dengan memanfaatkan kondisi alam atau medan pertempuran, di mana pasukan TNI lebih menguasai medan tersebut dibanding Belanda.

Selain itu, TNI juga menyusun kekuatan pertahanan gerilya. Serangan gerilya ini ditujukan pada sektor-sektor penting, seperti jalan-jalan penghubung, jalur logistic, dan pos Belanda.

Pada prakteknya, serangan gerilya yang dilakukan pasukan Siliwangi di Jawa Barat mampu melumpuhkan usaha perkebunan yang merupakan sektor ekonomi penting bagi Belanda.

Kondisi ini kemudian membawa Indonesia dan Belanda bertemu dalam perundingan di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (KTN) yang dibentuk PBB tanggal 27 Agustus 1947.

Perundingan dilakukan di atas kapal perang Amerika US Renvile yang kemudian menghasilkan perjanjian Renville 17 Januari 1947.

 

Referensi: 

  • Ricklefs, MC. (2008). Sejarah Indonesi Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com