Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh Perjanjian Linggarjati

Kompas.com - 28/02/2020, 19:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Perjanjian Linggarjati terjadi karena saat itu Jepang menetapkan Status Quo di Indonesia.

Perjanjian Linggarjati dilakukan pada tanggal 11-15 November 1946

Perjanjian Linggarjati merupakan perundingan antara Indonesia dan Belanda yang berisi soal status kemerdekaan Indonesia. Namun, perjanjian tersebut dikhianati Belanda.

Perjanjian tersebut diwakili oleh masih-masing pihak antara Indonesia dan Belanda, serta Inggris selaku penanggung jawab.

Berikut tokoh Perjanjian Linggarjati:

Perwakilan Indonesia

Indonesia diwakili oleh empat orang, yaitu:

Sutan Syahrir

Dalam buku Kisah Pahlawan Nasional (2009) karya Amir Hendrasah, ayah Sutan Syahrir adalah Muhammad Rasad yang bergelar Maharaja Sutan.

Baca juga: Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Isi, dan Dampaknya

Selain sebagai jaksa pentuntut terpandang, Muhammad Rasad adalah penasihat Sultan Deli. Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang, 5 Maret 1909.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Amsterdam, Sutan Syahrir memulai karier politiknya di Indonesia.

Kemudian dipilih menjadi Ketua Umum Partai Pendidikan Nasional Indonesia Baru (PNI Baru).

Usai proklamasi kemerdekaan, Syahrir diangkat sebagai ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pernah tiga kali memimpin Kabinet Parlementer.

Syahris menjadi perdana menteri termuda di dunia saat itu. Perjanjian Linggarjati menjadi puncak keberhasilan Syahrir dalam diplomasi.

Pada tanggal 16 Januari 1962, Sutan Syahrir bersama dengan PSI dan Masyumi ditangkap pemerintah Orde Lama karena dituduh melakukan kudeta dan percobaan pembunuhan Presiden RI.

Sutan Syahriri meninggal saat berobat di Swiss. Saat pemakaman, pemerintah menginstruksikan pengibaran bendera setengah tiang sebagai penghormatan.

Mohammad Roem

Mohammad Roem dilahirkan di Parakan, Temanggung pada 16 Mei 1908. Roem mengenyam pendidikan di sekolah STOVIA dan setelah tiga tahun keluar sekolah.

Kemudian Roem meneruskan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum. Dengan ilmu hukumnya, Roem mulai masuk ke panggung politik dengan masuk Jong Islamieten Bond (JIB).

Baca juga: Perjanjian Kalijati, Ketika Belanda Serahkan Indonesia ke Jepang

Nama Mohammad Roem sulit dipisahkan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Dirinya terpilih menjadi ketua umum Masyumi menggantikan Mohammad Natsir pada 1958-1960.

Mohammad Roem dikenal sebagai diplomat ulung. Kehebatanntya di atas meja perundingan membuatnya ditunjuk menjadi anggota diplomasi Indonesia dalam berbagai perundingan.

Perundingan tersebut adalah:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com