KOMPAS.com - Semasa perjuangan Indonesia, telah ada banyak tokoh yang turut terjun dalam perang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Para tokoh ini berasal dari daerah yang berbeda-beda, salah satunya Lampung.
Beberapa tokoh pahlawan asal Lampung adalah:
Baca juga: Perang Lampung Melawan Belanda (1850-1856)
Radin Inten II adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Lampung.
Ia lahir di Kuripan, Lampung, 1 Januari 1834.
Ketika masih berusia 16 tahun, ia disumpah untuk menjadi ratu di Lampung pada 1850.
Setelah menjabat sebagai ratu, Intan pun dibujuk Belanda bahwa dirinya akan diampuni dan disekolahkan.
Namun, bujukan tersebut ditolak oleh Inten.
Akibatnya, tahun 1851, Belanda mengirim pasukan sekitar 400 orang untuk merebut benteng pasukan Radin Inten II di Merambung.
Melihat serangan tersebut, Inten mengerahkan perlawanan dengan dibantu oleh beberapa daerah lain, seperti Banten.
Radin Inten II memperkuat benteng-benteng yang sudah ada dan membentuk benteng baru.
Dari setiap serangan yang dilakukan Belanda, Radin Inten II selalu berhasil mengalahkan mereka.
Sampai akhirnya, Belanda dan Inten membuat perjanjian untuk tidak lagi saling menyerang.
Namun, perjanjian itu hanya menjadi sebuah taktik yang dilakukan Belanda untuk melancarkan serangan-serangan besar terhadap Kota Lampung.
Belanda melakukan penyerangan besar tahun 1856 dipimpin oleh Kolonel Welson.
Pada akhirnya, dalam serangan besar ini, Raden Inten II gugur di tangan Belanda yang disebabkan oleh kekurangan senjata dan kalah jumlah
Raden Inten II wafat pada 5 Oktober 1856 di usia 22 tahun.
Berkat jasa-jasanya, Raden Inten II dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden No 082 Tahun 1986 pada 23 Oktober 1986.
Baca juga: Radin Inten II: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup
Pangeran Purba Jaya adalah Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala.
Ia merupakan seorang Sultan Sekala Brak yang bertahta sejak 1789 hingga 1869.
Pada 1 Juli 1982, Purba Jaya mendapat anugerah Sandang Mardaheka dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr G Isaac Bruce.
Sandang Mardaheka diberikan karena jasa besar Pangeran Purba Jaya yang berhasil memadamkan kerusuhan di Muko Muko Bengkulu dan Pasemah Lebar.
Suatu waktu, ada seorang pejabat Belanda yang tengah berkunjung ke Liwa dengan meniti kuda.
Semua Pasirah dan pemimpin adat diminta untuk datang menghadap mereka.
Di hadapan pejabat Belanda tersebut, semua Pasirah dan pemimpin adat turun dan memberi salam kepada sang pejabat Belanda, kecuali Purba Jaya.
Ia tetap dengan gagah duduk di atas pelana kuda putihnya. Alasannya karena ia telah menyandang gelar Sandang Mahardeka dan Pangeran, bukan lagi Pasirah atau kepala adat.
Akibatnya, pertempuran terjadi antara Purba Jaya dengan Belanda.
Pada saat ini lah rumpun bambu di Desa Kerang Batu Brak, Lampung Barat, diberlakukan ordonasi yang disebut Vrdonasi van Kerang, karena selalu diambil oleh masyarakat sebagai senjata perang.
Dalam pertempuran ini, Purba Jaya dengan sangat rela mengambil resiko atas dirinya demi menyelamatkan rakyatnya.
Karena jasa tersebut, Pangeran Purba Jaya pun diberi gelar Pahlawan Nasional.
Baca juga: Tumenggung Setia Pahlawan: Peran dan Perjuangannya
Pangeran Dalom Merah Dani adalah Sultan Sekala Brak yang bertahta sejak 1869 hingga 1909.
Ia berperan dalam menyebarkan agama Islam di Lampung.
Dalam sejarah, sejak tahun 1899, sepulangnya dari tanah suci, ia berkunjung ke Konstantinopel Istanbul.
Di sana, ia diberi sebuah Kiswah kain yang menutupi Ka'bah di Mekah, Saudi Arabia.
Kiswah tersebut bertuliskan lailahaillollah muhammaderasululloh.
Kain kiswah ini menandakan bahwa Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan Penyebar Agama Islam sejak dulu.
Selain itu, Kiswah juga dijadikan sebagai simbol penguasa untuk memperlihatkan salah satu identitas kebesaran yang dimiliki kerajaan tersebut.
Akibatnya, Belanda pun tidak pernah berani menegur aksi Pangeran Dalom Merah Dani dalam menyebar agama Islam di Lampung.
Selain kain kiswah, Pangeran Dalom Merah Dani juga dihadiahi dua pedang Istanbul oleh Sultan Utsmani.
Ia juga digelari Pahlawan Nasional asal Lampung.
Baca juga: Mangkunegara I (Pangeran Sambernyawa): Perjuangan dan Kepemimpinan
Pangeran Maulana Balyan adalah Sultan Sekala Brak yang bertahta sejak 1949 hingga 1989 asal Lampung.
Semasa muda, Maulana menempuh pendidikan di sekolah orang-orang Belanda atau ELS.
Kala itu, hanya ada dua orang pribumi yang bersekolah di sana, salah satunya adalah Maulana.
Selain di ELS, Maulana juga ikut pendidikan militer di Batusangkar bersama dengan Maraden Panggabean, Ramli, Bustanil Arifin, dan lain-lain.
Semasa hidupnya, Pangeran Maulana Balyan selalu memiliki semangat nasionalisme yang tinggi.
Ia terlibat dalam banyak pertempuran di berbagai front ketika menentang Belanda maupun Jepang.
Pangeran Maulana Balyan adalah salah satu perwira tempur yang diterjunkan pertama di garis depan dalam pertempuran di Ambon untuk menumpas pergolakan di sana.
Karena banyak terlibat dalam berbagai pertempuran, Pangeran Maulana Balyan pun dianggap sebagai Pahlawan Kemerdekaan asal Lampung.
Referensi: