KOMPAS.com - Banyak manusia purba dari luar Indonesia yang hidup sezaman dengan manusia purba di Indonesia.
Manusia purba dari Gua Chou Kou Tien, China yang memiliki banyak kesamaan dengan Pithecantropus erectus di Indonesia adalah Manusia Peking atau Sinanthropus pekinensis.
Fosil Sinanthropus pekinensis ditemukan oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich pada 1920-an.
Diduga, fosil manusia purba jenis ini hidup di daerah Peking (sekarang Beijing) pada sekitar 250.000-400.000 tahun lalu atau pada Zaman Plestosen Tengah.
Fosil Manusia Peking yang pertama kali ditemukan berupa sebuah gigi pada 1921.
Akan tetapi, penemunya yang bernama Otto Zdansky, baru melaporkan temuannya itu pada 1926.
Satu tahun kemudian, mahasiswa arkeologi asal Swedia bernama Bergir Bohlin juga menemukan fosil gigi yang sama.
Pada 1929, paleoantropolog Kanada, Davidson Black, meminta izin kepada pemerintah setempat untuk mendanai dan melanjutkan penggalian.
Sejak saat itu, gua Chou Kou Tien menjadi situs Sinanthropus pekinensis atau Homo erectus pekinensis yang paling produktif di dunia.
Pasalnya, penggalian berhasil menemukan fosil manusia purba yang jumlahnya mencapai 50 individu.
Bahkan fosil-fosil tersebut menjadi pusat diskusi antropologi dan diklasifikasikan sebagai nenek moyang langsung manusia, menopang hipotesis Teori Out of Asia bahwa manusia berevolusi di Asia.
Baca juga: Pithecanthropus Erectus: Penemuan, Ciri-ciri, dan Kontroversi
Fosil Manusia Peking dapat dikatakan sama dengan Pithecanthropus erectus karena bersamaan dengan penemuan bekas-bekas hominid ini banyak ditemukan alat-alat dari batu yang sama dengan peralatan batu dari Pacitan.
Oleh karena itu, para ahli menyimpulkan bahwa Manusia Peking berkebudayaan sama dengan Kebudayaan Pacitan.
Selain itu, keturunan Manusia Peking mempunyai daerah persebaran yang sangat luas.
Manusia Peking adalah kelompok pemburu yang membuat perkakas dan senjata yang terbuat dari batu dengan bentuk masih sangat sederhana.