Penemuannya ini dijadikan dasar untuk membuat siasat perang yang baru, termasuk dalam pembentukan Korps Marchausse, yakni pasukan yang terdiri dari orang-orang Indonesia yang berada di bawah pimpinan opsir-opsir Belanda.
Dengan pasukan ini, Belanda berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Pada 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh.
Setelah kematian Teuku Umar, Sultan dan Panglima Polem memutuskan untuk berpindah-pindah supaya tidak bernasib sama.
Akan tetapi, mereka terpaksa menyingkir setelah terdesak oleh besarnya pasukan musuh.
Pada 1903, Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah dan Panglima Polem juga menyerah setelah tekanan yang bertubi-tubi.
Peristiwa ini membuka jalan bagi pemerintah Belanda untuk menanamkan kekuasaannya di seluruh wilayah Kesultanan Aceh.
Meski Kesultanan Aceh telah runtuh, semangat juang rakyatnya masih sulit untuk dipadamkan hingga masa pendudukan Jepang.
Referensi: