KOMPAS.com - Peristiwa Merah Putih di Manado merupakan peristiwa penyerbuan markas militer Belanda yang terjadi di Teling, Manado, 14 Februari 1946.
Pertempuran ini melibatkan himpunan rakyat di Sulawesi Utara, meliputi pasukan KNIL atau tentara Hindia Belanda dari kalangan pribumi, barisan pejuang, dan laskar rakyat.
Peristiwa ini adalah bentuk perlawanan rakyat Sulawesi Utara demi mempertahankan kemerdekaannya serta menolak provokasi tentara Belanda.
Bentuk perlawanan mereka ditunjukkan dengan cara merobek bendera Belanda, yang awalnya berwarna merah, putih, biru, menjadi merah putih.
Bendera tersebut kemudian dikibarkan di atas gedung markas Belanda.
Baca juga: Tim Mawar, Penculik Para Aktivis 1998
Pada 21 Agustus 1945, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia baru terdengar oleh rakyat di Sulawesi Utara.
Begitu mendengar kabar tersebut, mereka segera mengibarkan bendera merah putih di setiap area dan menduduki kantor-kantor yang sebelumnya dikuasai oleh tentara Jepang.
Namun, awal Oktober 1945, tentara Sekutu bersama dengan NICA datang ke Sulawesi Utara.
Kehadiran mereka telah merubah suasana di Sulawesi Utara kembali ricuh.
Kendati demikian, rakyat Manado enggan untuk melakukan perlawanan. Akibatnya, Manado berhasil diduduki kembali oleh tentara Sekutu dan NICA.
Melihat situasi ini, Letnan Kolonel Charles Choesj Taulu, pemimpin militer, bersama Sersan SD Wuisan menggerakkan pasukan untuk mengambil alih markas pusat militer Belanda.
Rencana perebutan ini telah disusun sejak 7 Februari 1946, dibantu oleh seorang politisi kalangan sipil, Bernar Wilhelm Lapian.
Baca juga: Pemogokan di Delanggu: Latar Belakang, Penyebab, dan Penyelesaian
Puncak penyerbuan terjadi tanggal 14 Februari. Namun, sebelum itu, para pimpinan pasukan sudah lebih dulu tertangkap oleh tentara Belanda, termasuk C Taulu dan Wuisan.
Akibatnya, rencana pemberontakan ke tangsi militer Belanda dipindahtugaskan kepada Komando Mambi Runtukahu, pemimpin anggota KNIL dari orang Minahasa.
Bersama dengan rakyat Manado lainnya, mereka berhasil membebaskan C Taulu dan Wuisan serta beberapa pemimpin lain yang tengah ditawan.