Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernard Wilhelm Lapian: Masa Muda, Perjuangan, dan Kiprahnya

Kompas.com - 15/07/2021, 17:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Bernard Wilhelm Lapian adalah pejuang Indonesia yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.

Ia berjuang sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, Jepang, dan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, Bernard Wilhelm Lapian atau BW Lapian juga menulis di surat kabar Pangkal Kemadjoean. 

Dari tulisannya, ia memperlihatkan sikap nasionalis untuk membebaskan warga Indonesia dari kolonialisme. 

Baca juga: Jahja Daniel Dharma: Masa Muda, Peran, dan Perjuangan

Kehidupan

Bernard Wilhelm Lapian atau BW Lapian lahir di Minahasa, Sulawesi Utara, 30 Juni 1892. 

BW Lapian mengenyam pendidikannya di ELS Amurang dan kursus-kursus setingkat MULO atau sekolah menengah. 

Usai menjalani pendidikan, ia bekerja di Batavia atau Jakarta.

Ia menulis untuk surat kabar Pangkal Kemadjoean, di mana BW Lapian memperlihatkan sikap nasionalis untuk membebaskan warga Indonesia dari kolonialisme.

BW Lapian kemudian mendirikan surat kabar sendiri bernama Fadjar Kemadjoean pada 1924 sampai 1928. 

Surat kabar tersebut berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. 

Tahun 1940, BW Lapian mendirikan Semangat Hidoep, yang isinya mengobarkan perlawanan terhadap propaganda kolonial yang mengajak warga Minahasa untuk setia kepada Belanda.

Baca juga: Herman Johannes: Masa Muda, Peran, dan Kiprah

Perjuangan

Pada akhir Perang Dunia II, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Kendati demikian, Belanda tetap bertekad untuk kembali ke Indonesia.

Upaya ini pun didukung oleh pasukan Sekutu yang masuk ke Indonesia setelah Jepang menyerah.

Tanggal 14 Februari 1946, prajurit Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) di Manado dibantu dengan pemuda setempat menangkap para perwira KNIL berkebangsaan Belanda.

Pada 16 Februari 1946, BW Lapian yang merupakan Residen Manado ditunjuk untuk menjadi kepala pemerintahan Republik Indonesia di Sulawesi Utara.

Keadaan ini tidaklah berangsur lama, karena pada Maret 1946, Lapian ditangkap dan dipenjarakan di Manado.

Ia kemudian dipindahkan ke Cipinang Jakarta tahun 1947. BW Lapian dibebaskan pada 20 Desember 1949 setelah Konferensi Meja Bundar.

Kiprah

Usai bebas dari tahanan, pada 17 Agustus 1950, Lapian diangkat menjadi pejabat Gubernur Sulawesi. Ia menjabat sampai pada 1 Juli 1951.

Selama masa jabatannya sebagai gubernur, Lapian membuka dan mengembangkan daerah di sekitar Dumoga untuk pemukiman dan pertanian.

Ia membangun jalan yang menghubungkan Kotamobagu dan wilayah Molibago.

Baca juga: Slamet Riyadi: Peran, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Penghargaan

BW Lapian meninggal dunia pada 5 April 1977 di Jakarta. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Tahun 1958, Lapian dianugerahi penghargaan berupa Bintang Gerilya.

Kemudian tahun 1976 ia mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Pratama.

Untuk mengenang jasa-jasanya, pada 5 November 2015, ia diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com