KOMPAS.com - Maulana Yusuf adalah raja kedua Kesultanan Banten yang berkuasa antara 1570-1580 M.
Ia adalah putra mahkota yang naik takhta setelah ayahnya, Sultan Maulana Hasanuddin, wafat pada 1570 M.
Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada 1579 M.
Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten.
Sejak saat itu, agama Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat.
Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten, dan Ratu Ayu Kirana.
Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad.
Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten.
Baca juga: Kerajaan Banten: Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan
Sebagai upaya mengembangkan Banten menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional, Sultan Maulana Yusuf memusatkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan pertanian.
Sektor perdagangan yang telah dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin menjadi semakin besar dan ramai.
Ketika Sultan Maulana Yusuf berkuasa, Banten menjadi tempat distribusi barang dagangan dari penjuru dunia.
Para pedagang dari Cina, Arab, Persia, Gujarat, Portugis, serta pedagang dari seluruh pelosok nusantara saling bertukar barang dagangannya di Banten.
Situasi perdagangan yang ramai itu pada akhirnya mendorong para pendatang untuk menetap.
Oleh karena itu, dibuatlah aturan penempatan penduduk sesuai dengan keahlian, daerah asal, serta jabatan tertentu. Berikut pembagiannya:
Sementara dalam bidang pertanian, Sultan Maulana Yusuf mendorong rakyatnya untuk membuka daerah-daerah baru bagi persawahan, hingga akhirnya mencapai Serang.
Untuk mengairi lahan pertanian, dibuatlah terusan-terusan irigasi dan bendungan-bendungan.
Perhatiannya yang besar terhadap agama Islam dibuktikan dengan memperluas serambi Masjid Agung yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin.
Sebagai kelengkapan, dibangunlah menara dengan bantuan seorang arsitek muslim asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.
Baca juga: Kerajaan Pajajaran: Berdirinya, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan
Dalam rangka ekspansi wilayah dan penyebaran agama Islam, Sultan Maulana Yusuf memperluas pengaruhnya hingga ke pedalaman.
Pada 1579, Banten berhasil menaklukkan Pakuan Pajajaran dan membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat.
Dalam penaklukkan ini, banyak penguasa dan alim-ulama yang ikut bersama Sultan Maulana Yusuf.
Oleh karena itu, ponggawa-ponggawa yang ditaklukkan lalu diislamkan tetapi dibiarkan untuk memegang jabatannya semula.
Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru.
Setelah Pajajaran runtuh, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan keraton lalu menetap di daerah Lebak.
Mereka menetapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Baduy.
Sultan Maulana Yusuf kemudian wafat pada 1580 M karena sakit dan dimakamkan di Pekalangan Gede, dekat kampung Kasunyatan sekarang.
Karena itu, setelah meninggal ia diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean.
Referensi: