Saat itu, wanita di lingkungan Maria tinggal tidak memiliki banyak pengetahuan soal kesehatan, rumah tangga, dan mengasuh anak.
Secara diam-diam, Maria berkeliling dari kolong rumah panggung ke kolong rumah panggung lain untuk mendidik para perempuan menyulam, memasak, sampai membuat kue.
Ia mempelajari hal-hal tersebut dari Ibu Ten Hove.
Maria pun mendorong para perempuan yang sudah lihai untuk turut berbagi keterampilan mereka kepada sesama.
Baca juga: Sejarah Nama Jakarta
Pada 1917, Maria mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) di Manado.
Berkat keahliannya dalam melobi, Maria pun mendapat pinjaman rumah dari pedagang Belanda, A Bollegraf, untuk membuka sekolah rumah tangga.
Setahun kemudian, sekolah tersebut berdiri.
Sekolah ini menampung para gadis pribumi tamatan sekolah rendah dari berbagai macam kalangan.
Gerakan yang Maria lakukan ini mendapat banyak dukungan.
Berkat kerja kerasnya juga, PIKAT berhasil membuka cabang sampai ke Kalimantan dan Jawa.
Kegiatan di dalam organisasi ini diperkenalkan kepada masyarakat melalui karangan-karangan yang dimuat dalam surat kabar.
Usaha Maria ini membuatnya semakin diperhitungkan oleh Belanda.
Pada 1920, Gubernur Jenderal Belanda mengunjungi sekolah PIKAT dan memberi sumbangan uang.
Baca juga: Raden Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya
Pada 1919, dibentuklah Badan Perwakilan Daerah untuk Minahasa.
Awalnya setiap anggotanya akan dipilih, namun direncanakan untuk memilih anggota berikutnya melalui pemungutan suara populer.