Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KH Mas Mansyur: Keluarga, Pendidikan, Kiprah, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 20/05/2021, 17:12 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - KH Mas Mansyur merupakan seorang tokoh Islam dan tokoh nasional asal Surabaya. Ia tergabung dalam Muhammadiyah. 

Selain aktif dalam keagamaan, ia juga terlibat dalam pergerakan nasional. Ia adalah salah satu dari Empat Serangkai yang memperjuangkan nasib rakyat Indonesia sejak masa penjajahan Hindia Belanda hingga masa pendudukan Jepang.

Baca juga: Kerajaan Khmer: Pendiri, Masa Keemasan, dan Keruntuhan

Keluarga

KH Mas Mansyur lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya. 

Ayahnya bernama Kyai Haji Mas Ahmad Marzuki dan ibunya merupakan seorang keturunan Bugis dan juga Minang. 

Sang ayah merupakan pionir Islam dan ahli agama yang terkenal di Jawa Timur. Ia merupakan keturunan bangsawan Astatinggi Sumenep, Madura. 

Ayahnya dikenal sebagai imam tetap dan khatib di Masjid Ampel, sebuah jabatan yang terhormat pada saat itu. 

Baca juga: ASEAN: Latar Belakang Berdirinya, Tujuan, dan Negara Anggota

Pendidikan

Sekolah Pesantren 

Pada masa kecil, KH Mas Mansyur belajar soal agama melalui ayahnya sendiri. 

Namun, selain itu, ia juga belajar di Pesantren Sidoresmo bersama Kiai Muhammad Thaha sebagai gurunya. 

Pada 1906, saat Mas Mansyur berusia sepuluh tahun, ia dikirim oleh ayahnya ke Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan Madura. 

Di sana ia belajar mengkaji Al-Qur'an dan mendalami kitab Alfiyah ibnu Malik bersama Kiai Khalil. 

Kurang lebih dua tahun belajar, Kiai Khalil meninggal dunia, sehingga Mas Mansyur harus meninggalkan pesantren dan kembali ke Surabaya. 

Sekolah di Mekah dan Mesir 

Setelah kembali dari Pondok Pesantren Demangan pada 1908, Mas Mansyur disarankan oleh kedua orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji.

Ia juga diminta untuk belajar di Mekah bersama Kiai Mahfudz yang berasal dari Pondok Pesantren Termas Pacitan Jawa Timur. 

Setelah kurang lebih empat tahun belajar, situasi politik di Saudi mengharuskan Mansyur untuk berpindah ke Mesir.

Syarif Hussen, penguasa Arab Saudi, mengeluarkan instruksi bahwa orang asing harus meninggalkan Mekah supaya tidak terlibat dalam sengketa politik tersebut. 

Di Mesir, ia belajar di Perguruan Tinggi Al-Azhar bersama Syaikh Ahmad Maskawih. 

Organisasi Politik 

Muhammadiyah 

Setelah lulus dari Al-Azhar, Mansyur kembali ke Surabaya. Ia menjadi seorang ustadz di Pesantren Mufidah. 

Pada masa itu, Mansyur merasa bahwa pemerintah kolonial tengah menghalangi ajaran Islam. 

Kondisi ini membuat Mas Mansyur bergabung dalam Muhammadiyah dan Persatuan Bangsa Indonesia. 

Dalam Muhammadiyah, Mas Mansyur terpilih untuk menjadi ketua umum di Muhammadiyah Jawa Timur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com