Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pembebasan Allen Pope, Intel CIA yang Terlibat Permesta

KOMPAS.com - Perjuangan Rakyat Semesta atau Permesta adalah gerakan perlawanan terhadap Pemerintah RI yang dibentuk pada 2 Maret 1957.

Permesta menjadi salah satu pemberontakan yang sulit ditaklukkan oleh tentara Indonesia karena didukung oleh kekuatan asing, khususnya Amerika Serikat (AS).

Bukti keterlibatan Amerika dalam Permesta adalah tertangkapnya pesawat yang dikendalikan agen Central Intelligence Agency (CIA), Allen Lawrence Pope atau kerap dipanggil Allen Pope.

Setelah menjalani serangkaian persidangan untuk membuktikan keterlibatannya dalam Permesta, Allen Pope sempat dijatuhi hukuman mati.

Namun, Allen Pope akhirnya dipulangkan ke Amerika Serikat pada 1962 dan kembali ditugaskan dalam misi rahasia CIA di berbagai negara.

Berikut kisah Allen Pope yang dibebaskan oleh Soekarno pasca-keterlibatannya dalam Permesta.

Keterlibatan Allen Pope dalam Permesta

Allen Pope lahir di Florida, Amerika Serikat, pada 20 Oktober 1928.

Mulanya, Allen Pope adalah pilot Angkatan Udara AS, yang kemudian bergabung dengan Civil Air Transport (CAT) CIA pada 1954.

Pope, yang sangat senang memerangi komunisme, pernah terlibat 55 misi di Semenanjung Korea dan 65 misi di Vietnam.

Pada April 1958, CAT memanggil Pope dari Vietnam ke Taiwan, untuk dikirim ke Pangkalan Udara Clark di Filipina.

Dari sanalah ia ditugaskan mengoperasikan pesawat bomber tempur B-26 Invader yang telah dikaburkan identitasnya, untuk membantu Permesta di Indonesia.

Melansir Kompas.id, akhir April 1958, Pope telah tiba di Sulawesi Utara dan bergabung dengan Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) milik PRRI-Permesta di Lanud Mapanget (sekarang Lanud Sam Ratulangi) di utara Kota Manado.

Selama tiga pekan selanjutnya, Pope beroperasi bersama pilot-pilot AS, Indonesia, dan sejumlah pilot asing di AUREV, dengan area tugas di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.

Pada 18 Mei 1958 dini hari, Pope terbang bersama operator radio JH Rantung untuk menyerang Kota Ambon dan mengincar kapal ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia).

Sesudah serangan itu, Pope putar haluan untuk mengejar konvoi ALRI ke arah Morotai, salah satu basis Permesta.

Pope mulai menembaki konvoi ALRI, bahkan melepas bom, yang kemudian dibalas.

Balasan dari kapal ALRI mengenai pesawat Pope hingga roda kirinya terlepas dan beberapa bagian pesawatnya mulai terbakar.

Kondisi itu memaksa Pope dan Rantung melompat keluar dan terjun menggunakan parasut.

Selamat dari maut dengan cedera pada kakinya, Pope tertangkap dan kemudian ditahan oleh Pemerintah RI.

Penentuan nasib Allen Pope

Sejak ditangkap usai pesawatnya ditembak jatuh di sekitar Ambon pada 18 Mei 1958, Allen Pope tidak dipenjara, melainkan menjadi tahanan rumah.

Berita Allen Pope, yang tertangkap dalam keadaan hidup, sampai ke markas besar CIA di AS pada hari yang sama.

Penangkapan Allen Pope menjadi bukti konkret adanya campur tangan Amerika Serikat dalam pemberontakan Permesta.

Duta Besar AS Howard P Jones sempat mengatakan Allen Pope adalah tentara bayaran dan menyatakan penyesalannya atas keterlibatan warga AS.

Namun, pernyataan tersebut terbukti omong kosong, karena saat ditangkap, Allen Pope membawa sekitar 30 dokumen yang memberatkan, termasuk catatan penerbangannya.

Pope mengaku hanya terllibat satu atau dua misi, tetapi catatan penerbangannya menunjukkan delapan misi, bahkan sumber lain menyatakan bahwa ia menerbangkan total 12 misi.

Setelah menjalani serangkaian persidangan, pada 29 April 1960, Mahkamah Militer Indonesia memutuskan bahwa Pope bersalah atas pembunuhan 17 anggota angkatan bersenjata Indonesia dan enam warga sipil selama keterlibatannya dalam Permesta dan dijatuhi hukuman mati, yang kemudian didukung oleh Pengadilan Militer Tinggi pada Desember 1960.

Namun, vonis itu masih menunggu persetujuan dari Mahkamah Agung.

Menurut hukum di Indonesia, jika Mahkamah Agung menyetujui hukuman mati bagi Pope, maka pelaksanaannya harus ditunda selama tiga puluh hari, memberikan kesempatan bagi Pope untuk mengajukan grasi kepada presiden, jika Soekarno menyetujuinya.

Pemerintah Amerika Serikat mengambil sikap hati-hati dalam menangani kasus Pope dengan para pejabat Indonesia.

Duta Besar AS, Howard Palfrey Jones menyatakan bahwa hukuman mati bagi Allen Pope dapat merusak hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat. 

Banyak yang dilibatkan semasa Pemerintah AS bernegosiasi dengan Presiden Soekarno, termasuk istri Pope, yang datang secara langsung menghadap dan memohon kepada Soekarno untuk mempertimbangkan amnesti bagi suaminya.

Selain istrinya, ibu dan saudara perempuan Pope juga datang menemui Presiden Soekarno dengan penuh tangis.

Allen Pope diam-diam dibebaskan dan diterbangkan ke Amerika Serikat pada 2 Juli 1962.

Pebebasan Pope tentu tidak dilepaskan begitu saja oleh Soekarno. Selama hampir dua tahun, Pope digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi senjata antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

Harga dari pembebasan Pope adalah ratusan senjata untuk militer Indonesia dan sejumlah pesawat, termasuk helikopter untuk Presiden Soekarno.

Sekembalinya ke AS, Pope masih menerbangkan misi rahasia CIA di berbagai negara. 

Referensi:

  • Yuanita, R. (2014). Usaha Amerika Serikat dalam pembebasan allen lawrence pope tahun 1962 dalam kasus PRRI Permesta. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/15/150000979/pembebasan-allen-pope-intel-cia-yang-terlibat-permesta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke