Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perbedaan Tiga Serangkai dan Empat Serangkai

KOMPAS.com - Tiga Serangkai dan Empat Serangkai merupakan sebutan untuk dua kelompok tokoh nasionalis, yang berperan besar dalam mencapai kemerdekaan.

Meski namanya mirip, perbedaan utama dari dua kelompok tersebut adalah anggota dan peran mereka.

Tiga Serangkai adalah tokoh pendiri Indische Partij (IP), partai politik pertama di Hindia Belanda, yang didirikan di Bandung, Jawa Barat, pada 25 Desember 1912.

Para tokoh yang disebut Tiga Serangkai yaitu E.F.E Douwes Dekker, RM Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), dan Tjipto Mangoenkoesoemo.

Sedangkan Empat Serangkai adalah tokoh-tokoh yang menjadi pemimpin Putera (Pusat Tenaga Rakyat), yang dibentuk Jepang pada 16 April 1943.

Tokoh Empat Serangkai terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur.

Berikut ini kiprah Tiga Serangkai dan Empat Serangkai dalam membawa Indonesia menuju kemerdekaan.

Peran Tokoh Tiga Serangkai

Terbentuknya Indische Partij (IP), bermula dari gagasan Douwes Dekker mengenai persatuan Indonesia yang dibentuk karena kesamaan nasib, pengalaman, dan solidaritas.

Douwes Dekker bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangoenkoesoemo kemudian mendirikan Indische Partij, setelah mereka keluar dari Budi Utomo karena berbeda pandangan dengan golongan tua

Ki Hajar Dewantara juga memiliki pemikiran yang tidak jauh berbeda dengan dua kawannya, baginya tujuan nasionalisme dapat dicapai dengan menghapuskan dominasi kolonial, menyadarkan kaum peranakan dan bumiputra untuk bersatu.

IP yang dimotori oleh Tiga Serangkai dikenal cukup berani dalam menyampaikan kritiknya kepada pemerintah Belanda.

Alhasil, Pemerintah Belanda menyatakan IP sebagai organisasi terlarang kemudian membubarkannya pada 4 Maret 1913.

Kendati demikian, Tiga Serangkai tetap berani melontarkan kritiknya terhadap pemerintah kolonial.

Tulisan itu dibuat saat pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaannya dari Perancis, tetapi melakukan penarikan pajak dan iuran kepada rakyat Indonesia.

Tulisan yang berisi sindiran terhadap pemerintah Hindia Belanda tersebut dimuat dalam surat kabar De Express tempat ia bekerja.

Tulisan-tulisan Tiga Serangkai membuat Pemerintah Belanda merasa terancam, sehingga memilih untuk memenangkap dan memenjara mereka.

Pada 18 Agustus 1913, Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara, dan Douwes Dekker diasingkan ke Belanda dengan tuduhan menghasut rakyat lewat tulisan-tulisan mereka.

Peran Tokoh Empat Serangkai

Empat Serangkai adalah empat tokoh yang berjuang secara kooperatif pada masa pendudukan Jepang.

Taktik kooperatif adalah perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerja sama dan bersifat lunak atau moderat dengan pemerintah pendudukan Jepang.

Julukan Empat Serangkai awalnya dicetuskan oleh Soekardjo Wirjopranoto, pejuang dari Cilacap.

Kiprah Empat Serangkai berawal dari pemerintah Jepang menunjuk Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur sebagai penasihat yang dapat memberi masukan kepada Jepang.

Penunjukan Empat Serangkai, yang terdiri dari para tokoh nasionalis, dimaksudkan agar Jepang mudah mendapatkan simpati dan bantuan dari rakyat Indonesia.

Selain itu, tokoh Empat Serangkai dapat dimanfaatkan untuk membantu secara tenaga dan pikiran untuk membantu Jepang dalam perang Asia Raya.

Pembentukan Putera melalui Empat Serangkai berawal dari pembubaran Gerakan 3A, yang dirasa Jepang tidak efektif.

Karena diberi kepercayaan oleh Jepang, maka Soekarno mencetuskan ide untuk membuat organisasi sosial yang juga di bawahi oleh Jepang.

Akhirnya, terbentuklah Pusat Tenaga Rakyat (Putera), yang bertujuan untuk membangun kembali hal-hal yang dihancurkan Belanda.

Bagi Jepang, pembentukan Putera bertujuan untuk memusatkan kembali segala potensi rakyat guna membantunya dalam Perang Pasifik.

Sebagai pengganti Gerakan 3A, Putera memiliki tugas lain selain melakukan propaganda, yaitu memperbaiki sosial dan ekonomi rakyat.

Selama berjalan, Putera ternyata berhasil menyiapkan mental rakyat Indonesia untuk terus menjemput kemerdekaan.

Akhirnya, Jepang sadar bahwa Putera terlalu menguntungkan Indonesia, sehingga dibubarkan pada 1944.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/27/231000679/perbedaan-tiga-serangkai-dan-empat-serangkai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke