Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Imsak, Penanda Dimulainya Puasa yang Hanya Ada di Indonesia

Dengan kata lain, imsak dimaknai sebagai tanda dimulainya waktu berpuasa di bulan Ramadan.

Seruan imsak biasanya dikumandangkan oleh masjid-masjid sekitar 10 menit sebelum azan subuh.

Perlu diketahui, imsak merupakan tradisi yang hanya ada setiap bulan Ramadan di Indonesia.

Bahkan pada zaman Nabi tidak ada imsak seperti yang dikenal umat Islam Indonesia saat ini.

Lantas, siapa yang menciptakan imsak? Berikut ini sejarahnya.

Arti imsak dan sejarah kemunculannya

Melansir gramedia.com, istilah imsak berasal dari bahasa Arab yang menurut Wassim Afifi memiliki arti puasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imsak adalah saat dimulainya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum.

Imsak juga diartikan berpantang dan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sidik sampai datang waktu berbuka.

Dari dua pengertian tersebut, istilah imsak berarti berpantang dan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar alias saat adzan Subuh sampai datang waktu berbuka atau ketika azan magrib berkumandang.

Menurut Ustad Abdul Somad, pada zaman Nabi istilah imsak belum ada. Imsak baru dikenal pada periode mazhab syafi’i, yang muncul pada abad ke-8.

Pada waktu itu, imsak merupakan "lampu kuning" yang digunakan sebagai tanda bahwa seseorang harus bersiap berhenti makan sahur.

Akan tetapi, jika seseorang baru terbangun saat waktu imsak, mereka tetap boleh makan dan minum hingga terdengar adzan subuh.

Pada Ramadan 1262 H atau pada September 1846, muncul istilah imsakiyah di Mesir.

Imsakiyah berisi mengenai informasi salat lima waktu, waktu dimulainya puasa, dan jam berbuka puasa Ramadan.

Pengenalan imsakiyah tersebut dimulai dari kemajuan dalam seni penulisan dan penerbitan yang terjadi di Mesir pada masa itu.

Imsakiyah pertama kali diterbitkan dalam sebuah media bernama Bulaq dan disebut Imsakiyah Wali Al-Nu’man.

Jadwal imsakiyah dicetak pada selembaran kertas warna kuning dengan ukuran 27 x 17 cm.

Imsakiyah Wali Al-Nu’man meliputi informasi tentang hari pertama Ramadan, jadwal waktu salat dan waktu berbuka puasa setiap harinya menurut kalender Arab, dan menampilkan informasi tentang Muhammad Ali Pasha, Gubernur Mesir yang bertugas pada masa Ottoman, tepatnya antara 1805-1848.

Jadwal imsakiyah tersebut didistribusikan ke semua kantor pemerintahan dan disebarkan secara luas kepada seluruh pegawai perusahaan.

Antara tahun 1920 sampai 1940, jadwal imsakiyah sering kali digunakan untuk beberapa kepentingan. Salah satu contohnya sebagai media promosi atau iklan.

Pada awalnya, jadwal imsakiyah digunakan sebagai alat promosi oleh percetakan Patung Renaisans Mesir, yang pada saat itu dimiliki oleh Mahmoud Khalil Ibrahim.

Pada 1945, pengusaha Yahudi bernama Daoud Adas juga menggunakan jadwal imsakiyah sebagai elemen dekoratif di tokonya selama bulan Ramadan.

Seiring berjalannya waktu, jadwal imsakiyah mulai memuat informasi yang jauh lebih lengkap, seperti memuat informasi mengenai jadwal puasa harian, ayat-ayat Al Quran, doa, bacaan pagi dan sore, hingga informasi tentang zakat fitrah.

Sejarah imsak di Indonesia

Jadwal imsakiyah yang memuat informasi salat lima waktu, waktu dimulainya puasa, dan jam berbuka puasa, juga beredar setiap bulan Ramadan di Indonesia.

Jadwal imsakiyah, yang kini tidak hanya beredar dalam bentuk lembaran kertas tetapi juga di media digital, merupakan hal yang sangat penting karena sangat membantu dalam menjalani ibadah puasa Ramadan.

Di sisi lain, kata imsak sendiri dimaknai sedikit berbeda oleh umat Islam Indonesia.

Imsak secara bahasa berarti menahan diri, atau awal mula waktu puasa yang terhitung sejak terbit fajar atau waktu subuh.

Pengertian tersebut berbeda dengan pemaknaan istilah imsak oleh umat Islam di Indonesia, yang mengartikan waktu imsak jatuh sekitar 10 menit sebelum azan subuh.

Kendati demikian, mengutip NU Online, bukan berarti waktu imsak di Indonesia salah kaprah. Hanya saja, kata imsak tidak diartikan oleh masyarakat secara harfiah, tetapi secara idiomatis seperti yang lazim dipahami.

Konsep imsak yang ada di masyarakat Indonesia lahir dari sikap kehati-hatian dalam mengamalkan agama, bukan akibat ketidaktahuan akan agama.

Waktu imsak di Indonesia, yang biasanya 10 menit sebelum azan subuh, merupakan bentuk ikhtiar agar umat Islam yang berpuasa tidak terjatuh dalam makruh.

Waktu imsak digunakan untuk membantu umat muslim mengingat bahwa seseorang masih bisa makan dalam waktu beberapa menit lagi sebelum waktu subuh tiba.

Dengan begitu, saat adzan subuh dikumandangkan dan waktu puasa dimulai, aktivitas makan dan minum sudah dihentikan dan mulut telah dibersihkan.

Hal ini untuk memastikan tidak ada lagi sisa makanan yang tersisa di mulut dan bisa membatalkan puasa.

Ketika masjid-masjid mulai menyerukan imsak, masyarakat masih tetap boleh sahur, tetapi baiknya bersiap berhenti makan dan menunggu adzan subuh.

Itulah mengapa, dalam jadwal imsakiyah Indonesia ada waktu imsak sekitar 10 menit sebelum azan subuh, sedangkan di negara lain tidak.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/15/230000279/sejarah-imsak-penanda-dimulainya-puasa-yang-hanya-ada-di-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke