Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wetonan, Tradisi Peringatan Hari Lahir Masyarakat Jawa

Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat Jawa hingga saat ini adalah wetonan.

Kata “wetonan” dalam bahasa Jawa mempunyai arti memperingati hari kelahiran.

Dalam tradisi Jawa, weton adalah hari kelahiran seseorang, yang perhitungannya didasarkan pada tujuh hari dalam seminggu dan lima hari pasaran dalam kalender Jawa (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing).

Contohnya, orang yang lahir pada 11 Maret 2024 berarti wetonnya, Senin Pahing.

Wetonan masih dilakukan oleh sebagian masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Lantas, bagaimana asal-usul tradisi wetonan dan apa saja yang dilakukan saat wetonan? Berikut ini ulasannya.

Asal-usul tradisi wetonan

Upacara adat Jawa wetonan berakar dari kepercayaan masyarakat Jawa, yang hendaknya menghormati sedulur papat (saudara empat).

Melansir Kompas Regional, yang dimaksud dengan sedulur papat yaitu banyu kawah (air ketuban), ari-ari (plasenta), getih (darah), puser (tali pusar).

Masyarakat Jawa menganggap keempat elemen tersebut sebagai saudara bayi pada saat berada di dalam kandungan.

Tradisi wetonan umumnya dilaksanakan pertama kali pada saat bayi berusia 35 hari.

Karena dalam perhitungan kalender Jawa, weton akan tiba setiap 35 hari sekali, atau disebut selapan.

Makna tradisi wetonan adalah untuk mendoakan bayi supaya terhindar dari bahaya dan diberi keberkahan serta umur panjang.

Seharusnya tradisi wetonan dilakukan setiap 35 hari sekali, pada setiap weton seseorang.

Namun saat ini, masyarakat Jawa sudah jarang yang melakukan tradisi ini.

Apa saja yang dilakukan saat wetonan?

Tujuan tradisi wetonan adalah sebagai bentuk syukur dalam memperingati hari lahir seseorang, untuk menghormati sedulur papat, dan memohon keselamatan kepada Tuhan.

Tata cara upacara wetonan yang dilakukan masyarakat Jawa di berbagai daerah dapat berbeda.

Pada zaman dulu, ada yang memperingati wetonan dengan berpuasa, meditasi, mengheningkan diri, dan berdoa kepada Tuhan.

Pada saat wetonan, keluarga biasanya menyiapkan tumpengan dan berbagai suguhan sebagai bentuk syukur, serta ada pula yang mengundang beberapa keluarga dan tetangga dekat untuk makan bersama.

Sebelum makan bersama, diadakan doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama atau sesepuh.

Oleh sebagian masyarakat, selain sebagai momen untuk merayakan hari kelahiran, upacara wetonan diyakini memiliki makna spiritual dan keberuntungan tertentu.

Beberapa orang percaya bahwa weton seseorang dapat mempengaruhi sifat, karakter, serta keberuntungan dalam hidupnya.

Upacara wetonan menjadi sarana untuk mendapatkan berkah serta perlindungan dari Yang Maha Kuasa.

Referensi:

  • Djamil, H. A. (2000). Islam & kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/11/130000879/wetonan-tradisi-peringatan-hari-lahir-masyarakat-jawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke