Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal 5 Tradisi Hindu Buddha Jawa yang Diwarnai Islam

Bukan hanya kerajaan, Hindu juga telah melahirkan berbagai tradisi yang khas dan masih dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari hingga sekarang.

Uniknya, sebagaian dari tradisi Hindu telah mengalami percampuran dengan ajaran agama Islam.

Kuatnya ajaran dan tradisi agama Hindu yang diyakini masyarakat Jawa pada masa lampau menjadi tantangan tersendiri bagi para pendakwah dalam menyebarkan Islam.

Oleh karena itu, mereka dituntut menciptakan strategi dakwah yang tepat serta efektif, termasuk melalui asimilasi budaya Islam dan Hindu.

Berikut ini beberapa tradisi Hindu yang telah mendapatkan pengaruh dari ajaran Islam dan masih dapat dijumpai dalam masyarakat Jawa masa kini:

  1. Upacara mitoni
  2. Sedekah bumi
  3. Ritual pijak bumi
  4. Tradisi kenduri
  5. Selamatan orang meninggal

Upacara Mitoni

Mitoni sangat popular pada masyarakat India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.

Dalam upacara ini, perempuan yang sedang mengandung mengenakan baju pengantin dan dinaikkan ke pelaminan.

Kemudian, keluarga dan sanak saudara dari perempuan yang mengandung akan berkumpul dan mendoakannya.

Mitoni sudah menjadi tradisi yang jalankan secara turun temurun. Tradisi mitoni merupakan bagian dari serangkaian upacara kehamilan.

Mitoni dilakukan apabila usia kandungan telah memasuki tujuh bulan. Konon kata “mito” berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh.

Mitoni dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan untuk janin yang dikandung dan juga ibunya.

Dulunya, tradisi ini sarat akan ritual Hindu dan dipertahankan oleh para ulama yang menyebarkan agama Islam di Jawa.

Namun, berbagai ritual upacaranya telah diganti ataupun diubah sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Misalnya, pembukaan acar diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran, kemudian dilanjutkan pembacaan salawat dan manaqib.

Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar ibu beserta janin yang dikandungnya selamat saat dilahirkan dan menjadi orang berbudi pekerti baik.

Sedekah Bumi

Sedekah bumi ialah ritual yang biasanya dilakukan oleh para petani di Jawa.

Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ritual ini banyak dilakukan hampir oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Konon, ritual ini sudah menjadi tradisi yang telah melekat dengan budaya Hindu.

Masyarakat Hindu meyakini bahwa ritual ini dapat menjadikan hasil panen mereka melimpah.

Ketika musim panen tiba, para petani akan memberikan persembahan untuk para leluhur dan para dewa-dewi.

Hal tersebut sebagai perwujudan rasa terima kasih karena telah menjaga tanaman dan memberikan hasil panen yang melimpah.

Mulanya dalam menjalankan ritual sedekah bumi, masyarakat Hindu membawa hasil panen pada tempat-tempat tertentu yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa-dewi dan leluhur. Mereka meletakkan hasil panen tersebut sebagai sesaji.

Setelah Islam datang, tradisi sedekah bumi tetap dilakukan, tetapi praktik mempersembahkan sesaji pun diganti. Sesaji diubah menjadi sedekah dan syukuran.

Tempat syukuran ataupun sedekah tidak lagi dilakukan di tempat angker, melainkan di masjid-masjid, kemudian diadakan doa bersama yang dipimpin oleh ustad ataupun kyai.

Ritual Pijak Bumi

Ritual pijak bumi dilakukan ketika bayi telah mencapai usia tertentu. Saat prosesi berlangsung, bayi akan dibawa untuk memijak bumi untuk pertama kalinya.

Konon tradisi ini sebagai upaya memperkenalkan bayi dengan alam semesta.

Pada ritual ini, bayi akan diberikan beberapa benda, seperti buku, tasbih, uang, cermin, dan sebagainya.

Kemudian, bayi didekatkan dengan benda-benda tersebut dan dibiarkan untuk memilih.

Menurut kepercayaan masyarakat Hindu, benda pertama yang diambil oleh bayi menjadi semacam prediksi mengenai masa depannya kelak.

Misalnya, jika mengambil buku, bayi itu diprediksi akan menjadi orang yang pintar dan terpelajar.

Ritual ini sudah populer dalam masyarakat Jawa pada masa Hindu.

Namun, ritual ini sekarang sudah banyak diwarnai oleh ajaran-ajaran Islam.

Salah satunya ialah dengan dibacakannya diba’  atau syair-syair yang berisi pujian kepada Allah dan Rasulullah SAW dalam tradisi pijak bumi.

Kenduri

Kenduri seringkali dilakukan oleh masyarakat muslim, khususnya di Jawa.

Tradisi ini dilakukan dengan mengundang beberapa orang, termasuk tokoh agama.

Orang yang mengadakan kenduri nantinya minta untuk didoakan agar diberikan keselamatan ataupun keinginannya tercapai.

Konon, kenduri awalnya merupakan tradisi Hindu yang dikenal dengan isltilah “Genduri” dan berfungsi sebagai ritual tolak balak.

Namun, setelah Islam menyebar di Tanah Jawa, ritual ini banyak diubah dan diganti dengan tradisi Islam, seperti membaca Alquran, salawat, berdoa, dan bersedekah sebagai pengganti sesaji.

Kenduri umumnya diselenggarakan untuk suatu hal yang penting, misalnya ketika hendak melangsungkan pernikahan, membangun rumah, berangkat haji, bepergian jauh, dan lainnya.

Selamatan

Salah satu tradisi Hindu yang sudah banyak diwarnai dengan ajaran Islam adalah selamatan.

Dalam istilah Jawa, selamatan digunakan untuk memperingati orang yang telah meninggal dunia.

Biasanya, acara ini dilakukan pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100, dan hari ke-1000.

Pada hari-hari tersebut, keluarga dari orang yang telah meninggal dunia akan mengundang para tetangga dan kerabatnya untuk berkumpul dan berdoa memohon ampunan untuk arwah mendiang.

Biasanya, dalam acara selamatan ini, yang dibaca antara lain, Alquran, salawat, istighfar, tahlil dan ditutup dengan doa.

Keluarga orang yang meninggal juga akan menyuguhkan sedekah berupa makanan.

Referensi:

  • Baidawi, Kamil H. (2020). Sejarah Islam Di Jawa: Menelusuri Genealogi Islam Di Jawa. Yogyakarta: Araska

https://www.kompas.com/stori/read/2024/02/01/080000279/mengenal-5-tradisi-hindu-buddha-jawa-yang-diwarnai-islam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke