Sejauh ini telah ditemukan enam prasasti, yang dinamai Prasasti Salimar I, II, III, IV, V, dan VI.
Sejumlah ahli menduga, Prasasti Salimar seharusnya berjumlah delapan.
Prasasti-prasasti ini dibuat pada masa Kerajaan Mataram Kuno sebagai patok batas wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Sleman.
Isi Prasasti Salimar
Prasasti Salimar pertama hingga yang keenam ditemukan dalam kurun waktu tahun 1896 hingga 1988.
Berikut ini tabel informasi mengenai tahun dan lokasi penemuan, serta tempat penyimpanan Prasasti Salimar I hingga Prasasti Salimar VI.
Prasasti Salimar berbentuk lingga semu, di mana bagian atasnya berbentuk silinder membulat dan bagian bawahnya persegi empat.
Prasasti-prasasti ini bertarikh 802 Saka (880 Masehi). Angka tahun tersebut menunjukkan bahwa enam Prasasti Salimar diterbitkan pada masa Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.
Isi Prasasti Salimar yang cukup panjang dipahatkan pada sekeliling bentuk silinder, dalam aksara dan bahasa Jawa Kuno.
Prasasti Salimar I-VI berisi penetapan perdikan atau sima (tanah bebas pajak) hutan Salimar oleh Pamgat Balakas.
Melansir National Geographic Indonesia, Salimar adalah tanah yang diberikan oleh Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala kepada hakim dan eksekutor hukum syariat agama, Sang Pamgat Balakas.
Hutan tersebut diberikan sebagai hadiah atas jasanya pada kerajaan.
Kawasan hutan Salimar diapit oleh dua desa, yakni Desa Kandang dan Desa Pakuwani.
Sebagai batas, maka sang raja memberikan patok-patok di sekeliling hutan, yang kini dikenal sebagai Prasasti Salimar.
Menurut ahli epigrafi dari Pusat Arkeologi Nasional, Titi Surti Nastiti, seharusnya ada delapan patok atau Prasasti Salimar.
Namun, hingga sekarang baru enam Prasasti Salimar yang ditemukan. Seiring waktu, hutan Salimar berkembang menjadi permukiman penduduk.
Di saat yang sama, perkembangan dan perubahan zaman membuat patok-patok tersebut terpendam tanah.
Sejumlah ahli percaya bahwa hutan Salimar kini menjadi wilayh Sleman, Yogyakarta.
https://www.kompas.com/stori/read/2023/12/23/160000779/prasasti-salimar-patok-batas-wilayah-sleman