Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Penggunaan Bom Fosfor Putih dalam Perang

Melansir situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), fosfor putih adalah zat padat lilin kimia yang biasanya tampak kekuningan atau tidak berwarna, dan beraroma khas seperti bawang putih.

Fosfor putih sangat mudah terbakar saat terkena oksigen dan dapat menimbulkan efek serius apabila mengenai manusia.

Dalam perang, fosfor putih biasanya digunakan oleh militer sebagai tabir asap atau untuk menandai sasaran karena sifatnya yang bisa bersinar dalam gelap.

Meski bom fosfor putih dalam perang tidak dilarang, tetapi penggunaannya harus sesuai prosedur.

Berikut ini sejarah penggunaan bom fosfor putih dalam perang.

Sejarah awal penggunaan fosfor putih

Fosfor putih ditemukan pada 1669 oleh seorang apoteker/alkemis berkebangsaan Jerman, Hennig Brandt.

Saat itu, fosfor putih, yang sangat beracun, dimanfaatkan oleh pihak kepolisian sebagai racun bagi para pembunuh.

Karena sifatnya yang mudah terbakar, fosfor putih sempat digunakan sebagai bahan pembuatan korek api.

Pada perkembangan selanjutnya, fosfor putih mulai digunakan di dunia militer sebagai tabir asap.

Di sektor industri, fosfor putih digunakan dalam produksi kembang api, asam fosfat dan fosfat.

Fosfat digunakan untuk memproduksi berbagai produk, termasuk pupuk dan deterjen.

Sejarah penggunaan fosfor putih untuk perang

Dalam perang, senjata dengan bahan fosfor putih dapat digunakan untuk menciptakan tabir asap, menerangi medan perang, senjata pembakar, dan menyingkirkan sistem pelacakan senjata.

Ketika fosfor putih terbakar, akan menghasilkan awan fosfor pentoksida putih yang cukup pekat hingga mengaburkan pandangan.

Cara itulah yang biasanya digunakan tank di medan perang untuk menghasilkan tabir asap di sekelilingnya, sehingga keberadaannya tidak diketahui lawan.

Dalam perang, fosfor putih bisa ditemukan dalam peluru artileri, granat, bom, dan roket.

Selain menghasilkan asap tebal, fosfor putih juga menghasilkan cahaya dan panas yang sangat tinggi, serta dapat mengganggu optik inframerah dan sistem pelacakan senjata, sehingga melindungi pasukan militer dari senjata berpemandu seperti rudal anti-tank.

Saat senjata dengan fosfor putih diledakkan di darat, zona bahaya menjadi lebih terkonsentrasi dan tabir asapnya bertahan lebih lama.

Sedangkan saat diledakkan di udara, efek fosfor putih dapat mencakup area lebih luas dan lebih berisiko mengenai warga sipil.

Fosfor putih telah digunakan dalam perang selama lebih dari satu abad.

Untuk pertama kalinya, fosfor putih digunakan oleh kelompok nasionalis Irlandia (Fenian) dalam serangkaian serangannya pada abad ke-19.

Pada masa Perang Dunia I (1914-1918), tepatnya pada tahun 1916, pasukan Angkatan Darat Inggris menjadi pelopor penggunaan granat fosfor putih.

Sejak itu, penggunaan senjata fosfor putih diikuti oleh beberapa negara lain.

Tercatat, senjata fosfor putih digunakan selama Perang Dunia II (1939-1945), Perang Dingin (1947-1991), dan periode-periode setelahnya.

Amerika Serikat pernah menggunakan bom fosfor putih dalam Perang Vietnam (1955-1975) dan perang-perang di Irak.

Israel menggunakan bom fosfor putih dalam perang di Lebanon pada 2006.

Melansir The Washington Post, Human Rights Watch menyatakan bahwa Israel kembali menggunakan fosfor putih untuk membombardir Gaza dan Lebanon pada Oktober 2023.

Ukraina juga menuding Rusia menggunakan senjata fosfor putih selama invasi Rusia yang dimulai pada 2022.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/31/140000779/sejarah-penggunaan-bom-fosfor-putih-dalam-perang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke