Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Reformasi di Athena dulu

Solon mengubah jalannya masyarakat Athena yang dikuasai oleh sebagian kecil warga saja (olirgaki), yaitu para elite aristokrat.

Orang yang sudah beranak pinak menguasai kota itu dan mewariskannya pada generasi berikutnya tanpa ada cek dan evaluasi. Solon mengubah partisipasi warga secara aktif untuk bertanggungjawab bersama dan mengawasi yang diberi mandat kuasa.

Kekuasaan yang ada di tangan satu atau sedikit orang akhirnya dijadikan tanggungjawab bersama dan peran warga dimaksimalkan dalam dewan musyawarah besar yang disebut "ekklesia". Musyawarah warga yang memberikan pendapatnya untuk keputusan-keputusan kota Athena.

Pada akhirnya Athena menjadi contoh praktik demokrasi langsung, di mana warga secara terbuka memutuskan dalam diskusi massal.

Ini berbeda dengan demokrasi perwakilan selanjutnya, 2000 tahun kemudian yang dipraktikkan Amerika Serikat, yang akhirnya menjadi inspirasi negara-negara di dunia.

Di mana-mana di dunia 2500 tahun yang lalu belum ada sistem pembagian kekuasaan dan proses cek keseimbangan kekuasaan.

Kekuasaan bertumpu pada satu orang, seperti raja dan keluarganya, atau pada sedikit orang seperti Athena, Sparta, Megara, dan kota-kota lain.

Di Asia tetangga Yunani zaman itu ada kekuasaan Persia yang berbentuk kerajaan dan dinasti. Di Mesir dan Babilonia jauh sebelumnya juga berbentuk kerajaan dan keluarga para Fir’aun, sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Lama dan Al-Qur’an.

Sistem demokrasi memang produk unik masyarakat Athena dan diperbaharui di Amerika dan negara-negara pascaperang dunia dua setelah 2000 tahun dilupakan manusia.

Para pemimpin Indonesia menjelang kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan memang sadar betul untuk mempelajari sejarah bangsa-bangsa di dunia.

Sukarno sangat getol dalam banyak tulisannya merujuk, salah satunya, pada transformasi Turki di bawah Mustafa Kamal Ataturk yang membubarkan sistem khalifah untuk menjadi sistem republik.

Muhammad Yamin, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim, sadar betul betapa pentingnya mendirikan negara modern, bukan kembali pada sejarah kuno Indonesia era kerajaan.

Negara yang didirikan berbentuk republik dan menganut sistem demokrasi, bukan seperti dinasti kerajaan Mataram, Kutai, Singasari, Majapahit, Demak, Tidore, Ternate, Aceh, Malaka, Pontianak dan kerajaan-kerajaan sebelum penjajahan Eropa di Nusantara.

Para pemimpin dan pendiri bangsa belajar tentang demokrasi Amerika, sejarah Eropa, filsafat Jerman, sejarah pencerahan dan sekaligus tetap menggali nilai-nilai sendiri.

Sistem demokrasi Athena memang sedikit disingung, tetapi itulah dasar dari demokrasi Amerika dan negara-negara modern.

Kembali ke Solon. Dia mempelopori reformasi di Athena dengan menyentuh tiga bidang sekaligus. Dalam bidang ekonomi dia mengamankan kegiatan dagang yang menguntungkan bagi warga Athena.

Para orangtua diharapkan mendidik anak-anaknya untuk berniaga. Pedagang asing juga didorong untuk tinggal di Athena, bahkan diberi status warga kota.

Mata uang juga diperbarui dan dipromosikan keberlakuannya untuk memperlancar aktivitas bisnis.

Dalam bidang hukum Solon menyeimbangkan antara yang berkuasa dan lemah. Hutang-hutang yang dibebankan pada para petani miskin dan budak-budak dibebaskan.

Beban warga miskin Athena dikurangi. Jurang antara aristokrat dan warga disempitkan. Distribusi kekayaan juga diusahakan rata.

Tentu banyak ketidakpuasan dari kaum olirgaki dan bahkan dari warga biasa yang juga merasa reformasi Solon setengah-setengah. Tidak ada yang bisa memuaskan semuanya.

Dari segi moral, Solon, sebagai seorang sastrawan banyak menyoroti moralitas warga dan pemimpin Athena. Dia selalu menekankan moderasi dan kejujuran, yaitu mengambil jalan bijak dan mawas diri: menjaga moral dan integritas.

Mungkin konsep moderasi tua salah satunya ditemukan dalam konsep Solon. Sederhana dalam menjalankan kuasa dan tidak mengambil keuntungan pribadi, keluarga, dan kelompoknya.

Para artistokrat dituntut untuk memberi contoh hidup yang jujur, lurus, dan tidak mengambil keuntungan sendiri dan keluarganya.

Konon, Solon ketika sudah selesai menjadi penguasa (archon) dan mereformasi hukum meninggalkan kota Athena selama sepuluh tahun.

Dia tidak ingin mengabadikan kuasanya. Dia pergi berkelana keluar Athena. Dia pergi ke Mesir. Kemudian dia juga mengunjungi Sardis Lydia dan berjumpa dengan rajanya bernama Croesus.

Croesus memamerkan kesuksesan dan kekayaannya, supaya Solon terkesan. Namun Solon tetap menjaga integritasnya.

Kata Croesus, siapakah orang yang paling bahagia di dunia ini? Harapannya, Solon menjawab Croesus, raja mewah, digdaya, berkuasa.

Namun Solon menjawab bahwa kebahagiaan harus diukur sepanjang hidup, bukan ketika masih hidup.

Setelah wafatlah orang baru menilai seluruh perjalanan hidupnya, bukan separuh kehidupan. Solon mencontohkan orang-orang yang sudah meninggal karena membela tanahnya.

Konon, ketika Persia menyerang Lydia dan akan membakar Croesus, dia menyebut-nyebut nama Solon.

Dia benar, bahwa bahagia dinilai setelah semua perjalanan hidup selesai. Perjalanan manusia tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya. Semua masih berjalan dan berubah, selama manusia belum selesai hidupnya.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/30/123142979/reformasi-di-athena-dulu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke