Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Sultan Agung Melakukan Serangan ke Batavia

Memerintah dari pusat ibu kota Mataram Islam di Yogyakarta, Sultan Agung melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Jawa dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan rakyatnya.

Pada masa pemerintahannya, Sultan Agung juga memerangi kongsi dagang Belanda, VOC.

Upaya Sultan Agung dalam memerangi VOC dilakukan dengan cara mengirim pasukan ke Batavia, yang menjadi pusat pemerintahan VOC.

Apa yang menjadi penyebab perlawanan Sultan Agung ke Batavia melawan VOC?

VOC mengancam kekuasaan Mataram Islam

Salah satu alasan Sultan Agung melakukan serangan ke Batavia adalah VOC mengancam kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.

Pada saat VOC masih berpusat di Ambon, hubungan dagang antara VOC dan Mataram Islam sebenarnya cukup baik dan menguntungkan.

Namun, sejak awal pemerintahannya, Sultan Agung telah memberi peringatan keras bahwa hubungan Mataram dan VOC bisa tetap terjalin apabila VOC tidak berambisi menduduki Pulau Jawa.

Keadaan memburuk ketika VOC merebut Jayakarta pada 1619 dan mengubah namanya menjadi Batavia.

Tidak hanya itu, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen atau JP Coen memindahkan pusat pemerintahan VOC dari Ambon ke Batavia pada 1620.

Pemindahan dilakukan karena Batavia dianggap lebih strategis dan berpotensi dalam pengembangan usaha dagang VOC.

Sultan Agung menganggap VOC telah melanggar peringatannya dan berusaha melakukan kolonialisme yang mengancam politik Kerajaan Mataram Islam.

Serangan VOC ke Jepara

Penyebab perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia juga dipicu oleh serangan VOC ke Jepara yang terjadi sebelum kantor pusat VOC dipindahkan ke Batavia.

Pada 18 Agustus 1618, pasukan Mataram menyerbu kantor dagang VOC di Jepara.

Sebelum serbuan dilakukan, pemimpin kantor dagang VOC yang bernama Balthasar van Eynthoven telah ditahan dengan alasan adanya perampokan kapal-kapal Belanda terhadap jung-jung di Jepara.

Selain itu, tingkah dan tindakan Balthasar juga dinilai sangat buruk, salah satunya mengencingi tembok masjid di Jepara.

Setelah peperangan, VOC mengirim utusannya, Jacob van der Marct, untuk membicarakan pembelian beras yang telah dihentikan Mataram.

Namun, setelah pembelian dilakukan, VOC melakukan serangan balik dengan membakar kapal-kapal Jawa yang ada di Jepara dan Demak.

VOC menolak memberi bantuan

Pada 1619, hubungan Mataram dan VOC sebenarnya sudah memanas. Namun, Sultan Agung belum memberikan reaksi karena perhatiannya masih terpusat pada penaklukkan wilayah di Jawa.

Bahkan, Sultan Agung mencoba memperbaiki hubungan dengan VOC dengan tawaran pengiriman beras, tetapi sultan meminta agar VOC memberi bantuan angkatan laut kepada Mataram.

Bantuan itu akan digunakan oleh Sultan Agung menyerang Surabaya dan Banten, yang merupakan dua wilayah di Jawa yang belum dikuasai Mataram.

Akan tetapi, permintaan Sultan Agung ditolak oleh VOC.

Hubungan antara Mataram dan Malaka dipersulit

Tanpa bantuan VOC, Mataram berhasil menaklukkan Surabaya pada 1625.

Setelah berhasil menguasai Surabaya, Banten menjadi sasaran Mataram selanjutnya. Namun, ambisi itu terhalang oleh posisi Batavia yang dikuasai VOC.

Selain itu, Sultan Agung menganggap kedudukan VOC di Batavia sebagai ancaman karena kerap menghalangi kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka.

Salah satu tujuan Sultan Agung menyerang VOC di Batavia adalah untuk menghilangkan halangan VOC di Batavia.

Karena alasan-alasan itulah, Sultan Agung menyerang Batavia.

Bentuk perlawanan Sultan Agung Hanyakrakusuma berupa pengiriman serangan sebanyak dua kali, yakni pada 1628 dan 1629.

Meski dua serangan itu tidak berhasil, kegagalan Sultan Agung mengalahkan Batavia tidak mengubah pandangannya bahwa VOC merupakan kekuatan yang berpotensi mendominasi Jawa dan membahayakan kekuasaannya.

Sampai wafatnya pada 1645, Sultan Agung tidak pernah berhubungan baik lagi dengan VOC.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/06/140000079/alasan-sultan-agung-melakukan-serangan-ke-batavia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke