Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Amerika Serikat Tidak Mengebom Tokyo pada Perang Dunia II

Bom Hiroshima dan Nagasaki yang menewaskan ribuan orang, kemudian memaksa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Di samping jumlah korban dan kerusakan begitu besar, serangan ini juga menyisakan pertanyaan mengapa Amerika Serikat tidak mengebom Tokyo, ibu kota Jepang?

Keputusan ini memiliki latar belakang yang kompleks dan banyak faktor yang memengaruhinya, berikut ini alasannya:

Semangat nasionalisme Jepang dan fanatisme militer

Pada saat perang berkecamuk, Jepang merupakan negara yang dipenuhi semangat nasionalisme dan fanatisme militer.

Salah satu alasan utama Amerika Serikat tidak mengebom Tokyo karena adanya pemahaman tentang kuatnya semangat nasionalisme masyarakat Jepang yang menjadikan mereka sangat menghormati kaisar dan kerajaannya. 

Saat Amerika Serikat melakukan pengeboman pada Perang Dunia II, Jepang sedang diperintah oleh Kaisar Hirohito dan pusat pemerintahannya berada di Tokyo.

Menghancurkan Kerajaan Jepang di Tokyo melalui serangan udara akan menguatkan semangat perlawanan nasional di tengah rakyat Jepang, meningkatkan tekad mereka untuk melawan pendudukan asing, dan menyulitkan upaya untuk mengakhiri perang secara efisien.

Amerika Serikat khawatir bahwa serangan semacam itu akan mengubah semangat perlawanan menjadi lebih fanatik dan menghentikan kemungkinan penyerahan diri.

Sebagai hasilnya, Amerika Serikat mengambil tindakan penuh pertimbangan strategis untuk menghindari tindakan yang dapat memobilisasi lebih banyak dukungan untuk perlawanan dan memperpanjang durasi konflik.

Potensi dampak psikologis yang merugikan

Selain itu, potensi dampak psikologis yang dapat mengubah semangat perlawanan menjadi lebih keras dan tanpa ampun juga menjadi pertimbangan penting Amerika untuk tidak mengebom Tokyo.

Amerika Serikat ingin memenangi perang dengan mengakhiri konflik secepat mungkin dan serangan bom atom yang terlalu merusak dapat mengubah taktik dan strategi perlawanan Jepang.

Reaksi publik yang keras juga dapat mempengaruhi rencana operasi militer di lapangan, mengancam stabilitas dan kontrol atas situasi.

Keputusan strategis yang berat

Keputusan Amerika Serikat untuk tidak mengebom Tokyo adalah hasil dari pertimbangan yang matang tentang dampaknya terhadap situasi di lapangan dan reaksi publik Jepang.

Dalam konteks ini, keputusan strategis sulit harus diambil untuk mengurangi potensi reaksi yang lebih bermusuhan dari pihak Jepang sehingga dapat memperpanjang perang.

Selain itu, Amerika juga memikirkan implikasi politik internasional dan etika terkait penggunaan senjata yang sangat mematikan terhadap warga sipil.

Kemampuan destruktif bom atom sangat besar, tetapi Amerika Serikat mengambil pendekatan yang cermat untuk meminimalkan risiko dampak yang tidak terkendali.

Selain itu, perlu digarisbawahi bahwa keputusan strategis dalam konteks perang selalu melibatkan pertimbangan multidimensi yang rumit.

Kompleksitas pertimbangan dalam situasi perang

Ketakutan akan reaksi publik Jepang dan potensi dampak psikologisnya adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan Amerika Serikat untuk tidak menjatuhkan bom atom di Tokyo.

Keputusan ini mencerminkan kompleksitas pertimbangan yang harus diakui dalam situasi perang, di mana faktor politik, militer, dan psikologis saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.


Referensi:

  • Rhodes, R. (1996). The Making of the Atomic Bomb. Simon and Schuster.
  • Hasegawa, T. (2005). Racing the Enemy: Stalin, Truman, and the Surrender of Japan. Belknap Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/21/220000679/mengapa-amerika-serikat-tidak-mengebom-tokyo-pada-perang-dunia-ii

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke