Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa

Sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste Comte, yang juga dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi kemudian diperluas hingga ke negara lain, termasuk Indonesia.

Namun, apabila menilik dari sejarah awalnya, sosiologi bermula dari Eropa.

Lantas, bagaimana sejarah perkembangan sosiologi di Eropa?

Kajian awal sosiologi

Plato

Awal mula tentang kajian sosiologi terletak dalam filsafat sosial yang dikembangkan oleh Plato (429 M-347 M).

Plato merupakan seorang filsuf Romawi. Ia menuangkan pemikirannya di dalam buku yang ia tulis bertajuk Politeia, yang berarti negara.

Maksud dari tulisannya tersebut adalah untuk merumuskan teori tentang bentuk negara yang dicita-citakan, yang organisasinya berdasar pada pengamatan yang kritis terhadap sistem-sistem sosial.

Menurut Plato, negara dan masyarakat adalah dua hal yang sama.

Kewajiban utama sebuah negara adalah mempertahankan keadilan. Negara wajib mendukung nilai-nilai kesusilaan bagi seluruh umat manusia, bukan kepentingan pribadi.

Lebih lanjut, untuk menegaskan nilai-nilai kesusilaan tersebut, maka harus dibentuk sebuah organisasi yang terdiri atas masyarakat.

Masyarakat kemudian harus bertindak yang mencerminkan sebuah negara yang ideal, seperti yang dikemukakan oleh Plato.

Masyarakat diharapkan dapat berlaku adil, baik terhadap diri sendiri ataupun kelompok.

Kesimpulannya, menurut Plato, tindakan masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari masyarakat itu sendiri.

Aristoteles

Aristoteles sendiri adalah murid dari Plato. Ia dikenal ahli dalam bidang filsafat dan kenegaraan.

Bukunya yang bertajuk POLITIKA mengulas tentang negara konkret (nyata), sehingga lebih dekat dengan realita yang terjadi.

Menurut Aristoteles, negara yang ideal adalah negara yang monarki, aristokrasi, dan demokrasi.

Perkembangan sosiologi di Eropa

Sosiologi mulai berkembang di Eropa pada abad ke-19, yang dilatarbelakangi oleh peristiwa Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Perancis.

Pada masa itu, Revolusi Industri dan Revolusi Perancis telah membawa perubahan baru di Eropa, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Sebab, sebelum Revolusi Perancis terjadi, rakyat Perancis banyak mengalami penderitaan akibat sistem pemerintahan teokrasi yang diterapkan.

Pasalnya, banyak rakyat yang terjebak dalam kemiskinan, kesengsaraan, dan kehidupan yang tidak jelas.

Setelah merasa hidup dalam kesengsaraan cukup lama, rakyat Perancis mulai bangkit.

Auguste Comte, seorang filsuf Perancis, melihat perubahan ini memberikan dampak positif dan negatif.

Dampak positifnya adalah berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya konflik antarkelas.

Contohnya, setelah Revolusi Perancis pecah, terjadi konflik antarkelas.

Menurut Comte, hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat tidak mengetahui cara mengatasi perubahan akibat revolusi serta hukum yang digunakan untuk mengatur tatanan masyarakat.

Melihat kondisi tersebut, Comte kemudian berpikir bagaimana caranya untuk mengurangi kesenjangan tersebut.

Comte kemudian sampai pada pemikiran bahwa semua penelitian tentang masyarakat dijadikan ilmu yang berdiri sendiri agar perkembangannya dapat diarahkan menuju hal yang lebih baik.

Meskipun ia belum berhasil mengembangkan hukum sosial menjadi sebuah ilmu, Comte telah memberi istilah terhadap ilmu tersebut dengan nama Sosiologi.

Istilah sosiologi pertama kali digunakan di dalam bukunya yang bertajuk Positive Philosophy, yang diterbitkan pada 1838.

Di dalam buku itu Comte memaparkan bahwa ilmu yang bertugas mempelajari perkembangan masyarakat dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan sosial adalah sosiologi.

Berkat pencapaian ini, Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi Dunia.

Comte membagi sosiologi ke dalam dua bagian, yaitu:

  • Statika sosial
  • Dinamika sosial

Statika sosial berhubungan dengan struktur sosial yang perhatiannya berpusat pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat.

Sementara itu, dinamika sosial merupakan teori perkembangan.

Artinya, ilmu ini menggambarkan cara-cara utama dalam perkembangan manusia untuk bergerak ke arah yang lebih baik.

Referensi:

  • Hasan, Shadily. (1983). Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
  • Soerjono, Soekanto. (1983). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Bina Aksara.
  • Syukurman. (2020). Sosiologi Pendidikan: Memahami Pendidikan dari Aspek Multikulturalisme Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/07/28/060000479/sejarah-perkembangan-sosiologi-di-eropa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke