Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Preanger Stelsel

Sistem ini dibuat oleh kongsi dagang Belanda, VOC, dan mulai diterapkan pada awal abad ke-18.

Belanda mengeluarkan Preanger Stelsel sebagai upaya menghadapi persaingan dalam perdagangan kopi dengan para pedagang Turki.

Pasalnya pada saat itu, kopi dianggap sebagai barang berharga uang karena menjadi salah satu barang paling dicari masyarakat Eropa dan permintaannya di pasar dunia terus meningkat.

Karena sukses mendatangkan keuntungan melimpah bagi Belanda, Preanger Stelsel menjadi satu-satunya sistem eksploitasi kolonial yang dipertahankan sejak zaman VOC hingga masa liberal di Indonesia (1870).

Lantas, apa dampak dari Preanger Stelsel?

Priangan menjadi produsen kopi terpenting di dunia

Sejak penerapan Preanger Stelsel, Priangan menjadi produsen kopi terpenting di dunia.

Pada abad ke-18, setengah hingga tiga perempat kopi di pasaran dunia berasal dari Priangan.

Hasil dari kebijakan Preanger Stelsel itu menjadikan VOC sebagai penguasa monopoli perdagangan kopi dunia.

Rakyat Priangan hidup menderita

Adalah sebuah ironi, meski Priangan menjadi produsen kopi terpenting di dunia, rakyatnya hidup menderita.

Dalam sistem ini, rakyat Priangan diwajibkan menanam kopi dan menyerahkan semua hasilnya kepada VOC untuk dibeli dengan harga sangat rendah.

Saat menjalankan Preanger Stelsel, VOC bekerja sama dengan para bupati, yang bertugas memobilisasi rakyat dan menjadi perantara dalam hal penyerahan tanaman kopi maupun bayaran dari VOC.

Dapat dikatakan, para bupati memiliki peran sebagai tangan kanan VOC dalam Preanger Stelsel.

Sayangnya, banyak bupati yang justru mengkhianati rakyatnya sendiri dengan melakukan korupsi.

Tidak jarang uang bayaran dari VOC tidak diberikan kepada rakyat.

Kian hari, penerapan Preanger Stelsel membuat rakyat semakin menderita, karena selain diwajibkan melakukan penanaman dan penyetoran seluruh hasil panen kopi, mereka juga diharuskan menuruti segala perintah VOC yang dianggap sebagai pemilik tanah.

Rakyat pun dipaksa kerja rodi untuk membangun gudang kopi, membangun jalan, dan berbagai fasilitas penunjang bisnis VOC lainnya.

Terjadinya kemiskinan struktural

Penerapan Preanger Stelsel yang menyengsarakan rakyat selama hampir dua abad menciptakan kemiskinan struktural.

Kemiskinan maupun kelaparan melanda wilayah Priangan, karena rakyatnya sibuk memenuhi tuntutan Belanda, sementara lahan pertanian menjadi berkurang akibat perluasan perkebunan kopi.

Rakyat mulai mengenal kopi sebagai komoditas ekspor

Kopi sebagai komoditas ekspor yang naik daun selama abad ke-18, mulai di tanam Gubernur Jenderal Joan van Hoorn di Batavia (Jakarta) dan Cirebon.

Pada 1696, Van Hoorn membawa biji kopi yang ia dapat dari mertuanya di India, ke Indonesia.

Keberhasilan eksperimen Hoorn dalam menanam kopi itulah yang memunculkan ide untuk memproduksi kopi di Jawa Barat, khususnya di Priangan, karena terbukti sebagai wilayah yang cocok untuk ditanami kopi.

Melalui Preanger Stelsel, rakyat Priangan mulai mengenali tanaman kopi yang menjadi kebutuhan komoditas ekspor.

Munculnya Cultuurstelsel

Preanger Stelsel berdampak pada munculnya Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel di seluruh Jawa.

Cultuurstelsel adalah kebijakan yang mengharuskan rakyat melaksanakan proyek penanaman tanaman ekspor di bawah paksaan pemerintah Kolonial Belanda.

Tujuan dari Cultuurstelsel adalah untuk mengatasi kas Belanda yang kosong karena digunakan untuk membiayai perang, baik di tanah jajahan maupun di negeri induk.

Sistem Tanam Paksa dicetuskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes van den Bosch pada 1829 dan dijalankan hingga 1870.

Kebijakan ini dicetuskan Van den Bosch setelah melihat keberhasilan Preanger Stelsel dalam menopang perekonomian pemerintah kolonial.

Cultuurstelsel dapat dikatakan sebagai Preanger Stesel yang dilaksanakan di seluruh Pulau Jawa dan dengan tanaman wajib yang lebih beragam, tidak hanya kopi tetapi teh, tebu, tembakau, dan nila.

Referensi:

  • Murdiyastomo, Agus, dkk. (2023). Preangerstelsel: Sistem Tanam Paksa Kopi Priangan Tahun 1723-1892. Jurnal ESTORIA, 3 (2): 445-459.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/06/13/120000879/dampak-preanger-stelsel

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke