Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tokoh Tarekat di Nusantara Abad Ke-15 hingga Ke-20 Masehi

Tarekat berasal dari thariqah, yang berarti jalan, cara (kaifiyyah), sistem, metode (uslub), aliran, keadaan (halah), dan juga mazhab.

Didefinisikan dalam bahasan tasawuf, Syaikh Ahmad al-Kamasykhanawi an-Naqsyabandi mendefinisikan tarekat sebagai cara menuju kepada Allah SWT.

Dalam beberapa pandangan yang lain, tarekat didefinisikan sebagai suatu usaha seseorang dalam mengendalikan diri dari sifat keduniawian, sehingga condong kepada perilaku wira’i dan menjaga hati.

Sejarah tarekat

Dilihat secara praktik, tarekat pada dasarnya telah berlaku sejak masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Pada masa Rasulullah, istilah tasawuf dan silsilah belum dikenal. Sebab, pada masa itu masyarakat muslim langsung berguru kepada Rasulullah.

Pascawafatnya Rasulullah, tasawuf kemudian mulai berkembang menjadi aliran dan lebih tersistem dalam sebuah ikatan dan kelompok.

Pada kisaran abad ke-3 hingga ke-4 Hijriyah, telah muncul golongan-golongan yang berfokus mendalami ajaran yang diwariskan oleh Rasulullah.

Pada masa ini, telah muncul beberapa aliran tarekat, misalnya Khazaiyyah yang mengacu kepada Abu Sa’id al-Khazzaz.

Selain Khazaiyyah, pada masa awal perkembangan tersebut, ada aliran lain bernama tarekat Taifuriyah yang bermazhab kepada Abu Yazid al-Bustomi.

Pada masa itu, tarekat masih sebatas aliran-aliran yang sederhana. Adapun perkembangan tarekat lebih massif pada abad ke-6 hingga ke-7.

Abad ke-7 hingga ke-8 merupakan fase awal tasawuf berkembang lebih besar yang dipelopori salah satunya oleh Syaikh Abdul Qodir al-Jailani.

Tasawuf pada masa Syaikh Abdul Qodir al-Jailani mulai terlembaga. Oleh karena itu, tarekat Qadiriyah dianggap sebagai peletak tasawuf dalam perkembangannya.

Sementara itu, di Indonesia, tasawuf mulai berkembang sejak abad ke-15 Masehi. Kemudian, tawasuf semakin berkembang dengan ditandai dengan banyaknya tokoh tarekat yang muncul di Indonesia.

Setidaknya dalam periode abad ke-15 hingga ke-20, terdapat puluhan tokoh tasawuf yang ada di Nusantara.

Berikut ini tokoh-tokoh tarekat di Indonesia:

Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gresik, merupakan tokoh utama di balik berkembangnya Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa.

Dalam berdakwah, Sunan Gresik menggunakan pendekatan sosial-budaya untuk menarik hati masyarakat Jawa pada masa itu.

Selain berdakwah Islam beserta syariatnya, ia juga menjadi tokoh penting dalam perkembangan tasawuf di Nusantara.

Sunan Gresik pada masanya menjadi salah satu mursyid dari 9 tarekat, yaitu tarekat Alawiyah, Qadiriyah, Syadziliyah, Sanusiyah, dan sebagainya.

Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri atau Hamzah al-Fansuri, merupakan ulama yang turut menyebarkan Islam khususnya di Sumatera pada kisaran abad ke-16.

Ia juga merupakan mursyid tarekat, di antara tarekatnya adalah Qadiriyah yang banyak terpengaruh aliran tasawuf wahdatul wujud.

Selain kedua tokoh itu, berikut ini adalah tokoh-tokoh lain yang turut mengajarkan dan mengembangkan tarekat di Nusantara:

  • Walisongo
  • Abdurrauf As-Singkili
  • Yusuf al-Makassari
  • Ahmad Khatib Sambas
  • Burhanudin Ulakan
  • Abdul Muhyi Pamijahan
  • Abdullah bin Abdul Qahhar
  • Hasan Maolani Lengkong
  • Ahmad Rifa’i Kalisalak
  • Asy’ari Kaliwungu
  • Muqoyyim Buntet
  • Anwarudin Kriyani Buntet
  • Pangeran Jatmaningrat Kaprabonan Cirebon

Referensi:

  • Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama R. 2018. Ensiklopedia Islam Nusantara Edisi Budaya. Jakarta Pusat: Kemenag RI.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/08/110000379/tokoh-tarekat-di-nusantara-abad-ke-15-hingga-ke-20-masehi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke