Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ciri-ciri Pendidikan pada Masa Kolonial Belanda

Kebijakan yang mulai dilaksanakan pada 1901 tersebut adalah bentuk politik balas budi pemerintah Belanda terhadap rakyat pribumi.

Sejak itu, sekolah-sekolah untuk kaum pribumi muncul dalam berbagai jenjang.

Pada dasarnya, pendidikan masa kolonial memiliki beberapa ciri umum.

Bagaimana ciri pendidikan pada masa kolonial?

Dualisme

Salah satu ciri-ciri pendidikan pada masa kolonial yang dominan adalah dualisme.

Dualisme dalam pendidikan masa kolonial terlihat pada perbedaan tajam antara pendidikan untuk keturunan Eropa dan golongan pribumi.

Pemerintah Hindia Belanda menjamin kedudukan yang menguntungkan bagi anak-anak keturunan Belanda, sebaliknya membatasi kesempatan belajar bagi masyarakat pribumi.

Perilaku ini bertujuan untuk menjaga agar anak-anak keturunan Belanda selalu lebih maju daripada anak-anak pribumi.

Konkordansi

Konkordansi adalah asas yang melandasi diberlakukannya hukum di Eropa kepada golongan keturunan Eropa yang ada di daerah jajahan.

Konkordansi dalam ciri pendidikan Belanda di Indonesia berarti bahwa pendidikan di Indonesia disesuaikan dengan pendidikan yang ada di negeri Belanda.

Sistem ini tidak membantu agar masyarakat pribumi mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan pengetahuan seluas-luasnya.

Salah satu contohnya, dalam kurikulum pendidikan kolonial sangat dipentingkan penguasaan bahasa Belanda dan sejumlah pengetahuan mengenai negeri Belanda.

Sentralisasi

Kebijakan pendidikan di zaman kolonial Belanda diurus oleh departemen pengajaran.

Departemen ini yang mengatur segala sesuatu mengenai pendidikan dengan perwakilannya yang ada di pusat.

Dengan adanya kontrol sentral yang kuat, segala masalah pendidikan diputuskan oleh pegawai Belanda saja, tanpa koordinasi dengan masyarakat pribumi.

Perencanaan pendidikan tidak sistematis

Pada masa penjajahan, tidak ada perencanaan pendidikan yang sistematis untuk anak-anak pribumi.

Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis menyebabkan pemerintah mengadakan percobaan dengan berbagai macam sekolah, penyelenggaraan, dan penerimaan murid didasarkan atas kebutuhan pemerintah Belanda dalam tenaga kerja.

Hal ini terkadang membuat anak-anak pribumi terombang-ambing karena sistem pendidikan terus berubah.

Diskriminatif

Terdapat diskriminasi yang luar biasa dalam penyediaan pendidikan bagi anak-anak pribumi.

Kebijakan yang diskriminatif terjadi dalam berbagai bentuk dan tingkatan.

Belanda pada dasarnya menghambat lahirnya sekolah bagi pribumi yang setaraf dengan sekolah untuk keturunan bangsa Eropa.

Hal itu karena pendidikan pada zaman kolonial hadir bukan untuk mencerdaskan rakyat, tetapi demi kepentingan Belanda sendiri yang ingin menciptakan tenaga kerja yang dapat dibayar murah.

Di antara masyarakat pribumi pun masih terjadi diskriminasi, antara bangsawan, priayi, dan rakyat jelata.

Umumnya hanya golongan bangsawan dan priayi yang dapat bersekolah hingga jenjang pendidikan tinggi.

Referensi:

  • Andriyanto. (2022). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Klaten: Radar Kampus.
  • Pulungan, J Suyuthi. (2019). Sejarah Pendidikan Islam Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/16/180000479/ciri-ciri-pendidikan-pada-masa-kolonial-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke