Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)

ICMI merupakan organisasi masyarakat dari para cendekiawan Muslim di Indonesia yang berasaskan Islam dan berlandaskan Pancasila.

Pendiri ICMI adalah Bacharuddin Jusuf Habibie, yang sekaligus menjadi ketua pertamanya.

ICMI didirikan dengan tujuan mewujudkan tata kehidupan masyarakat madani yang diridai Allah dengan meningkatkan mutu keimanan dan ketakwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, kecendekiawanan dan peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia.

Berikut ini sejarah berdirinya ICMI.

Sejarah berdirinya ICMI

Melansir situs resmi ICMI, sejarah lahirnya ICMI berawal dari diskusi-diskusi yang dilakukan oleh para cendekiawan Muslim sejak 1984.

Diskusi-diskusi tentang gagasan pembentukan organisasi para cendekiawan Muslim yang pernah diadakan di Bogor, Makassar, dan Surabaya, mendorong Letjen (purn.) Achmad Tirtosudiro membentuk sebuah forum dengan nama Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia (FKPI).

FKPI inilah cikal bakal dari ICMI. Pada Februari 1990, sekelompok mahasiswa di masjid kampus Universitas Brawijaya, Malang.

Mereka masih merasa prihatin dengan kondisi umat Islam, terutama para cendekiawan Muslim yang sibuk dengan kepentingan kelompok atau aliran masing-masing.

Forum tersebut menghasilkan gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema "Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas", yang rencananya digelar pada 29 September sampai 1 Oktober 1990.

Lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang terdiri dari Erik Salman, Ali Mudakir, M Zaenuri, Awang Surya, dan M Iqbal menemui para pembicara, yakni Immaduddin Abdurrahim dan M Dawam Rahardjo.

Saat itu, mereka juga berdiskusi hingga muncul pemikiran untuk membentuk wadah bagi cendekiawan Muslim yang berlingkup nasional.

Immaduddin Abdurrahim, M Dawam Rahardjo, dan Syafi'i Anwar kemudian mengantar Erik Salman dan kawan-kawan untuk menemui BJ Habibie, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek).

Mereka meminta BJ Habibie menjadi pemimpin organisasi cendekiawan Muslim dalam lingkup nasional.

Pemilihan BJ Habibie dirasa sesuai dengan maksud pendirian organisasi, yaitu meningkatkan kemampuan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan menjadi faktor penentu bagi suksesnya pembangunan Indonesia di abad ke-21.

BJ Habibie mengaku bersedia, tetapi ia harus meminta izin Presiden Soeharto dan meminta pencalonannya diperkuat dengan dukungan tertulis dari kalangan cendekiawan Muslim.

Pada 27 September 1990, dalam pertemuan di kediamannya, BJ Habibie mengabarkan bahwa rencana mereka telah disetujui Presiden Soeharto.

BJ Habibie juga mengusulkan agar organisasi mereka dinamai Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia atau disingkat ICMI.

Karena menghadapi serangkaian hambatan dan pengembangan ide, akhirnya simposium diputuskan untuk diundur dari tanggal awal.

Simposium akhirnya diselenggarakan pada 6-9 Desember 1990 di Malang, yang dihadiri sekitar 500 peserta dengan tema “Membangun masyarakat Indonesia abad 21”.

Pada 7 Desember 1990, ICMI resmi dibentuk dan BJ Habibie ditetapkan sebagai ketua ICMI yang pertama.

Dalam sambutannya, BJ Habibie mengatakan bahwa dengan ICMI tidak hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/23/170000179/sejarah-icmi-ikatan-cendekiawan-muslim-indonesia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke