Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Singkat Teungku Peukan, Tokoh Perlawanan Aceh

Ia dikenal berkat kepemimpinannya dalam Peristiwa 11 September 1926, ketika rakyat Aceh menyerang Belanda di Blang Pidie.

Hingga meninggal dunia, Teungku Peukan selalu saja berurusan dengan perjuangan melawan penjajah Belanda.

Kehidupan awal

Teungku Peukan lahir di Sawang, Aceh Selatan, pada 1886.

Ia adalah anak dari Teungku Padang Ginting, seorang ulama besar yang berasal dari Alue Paku, Aceh Selatan. Sementara itu, ibunya bernama Siti Zulekha.

Teungku Peukan lahir pada awal periode gejolak Belanda-Aceh.

Sebagai anak dari seorang ulama, Teungku Peukan dididik dengan keilmuan agama Islam.

Hingga dewasa, Teungku Peukan memiliki kecintaan terhadap agama Islam dan tanah kelahirannya.

Bahkan, ketika Belanda mulai menginvasi wilayah Kesultanan Aceh, Teungku Peukan dengan tegas bersikap melawan penjajah.

Berjuang melawan Belanda

Pergolakan Belanda dengan Aceh mendorong Teungku Peukan untuk bersikap membela tanah airnya.

Hal itu disadari Belanda karena Teungku Peukan yang tumbuh menjadi seorang ulama dan memiliki banyak pengikut.

Semasa hidupnya, Teungku Peukan fokus pada dakwah Islam dan membela tanah air dari penjajahan Belanda.

Peristiwa 11 September 1926 merupakan puncak dari perlawanan Teungku Peukan terhadap penjajahan Belanda.

Pada 10 September 1926, Teungku Peukan bersama pengikutnya mempersiapkan rencana menyerang Belanda di Blang Pidie.

Sebelum berangkat ke Blang Pidie, Teungku Peukan bersama para pengikutnya menggelar ritual keagamaan.

Hal itu dilakukan untuk menyucikan diri dan taklimat terhadap para pasukannya.

Setelah selesai, Teungku Peukan dan pasukannya mulai bergerak ke Blang Pidie yang jaraknya 20 kilometer dari tempat mereka.

Pada akhirnya, Teungku Peukan dan pasukannya sampai di Blang Pidie pada 11 September 1926 menjelang fajar.

Sebelum memulai penyerangan, Teungku Peukan dan pasukannya melakukan taklimat dan mengatur kembali strategi penyerangan.

Teungku Peukan kemudian membagi pasukannya menjadi tiga sektor yang setiap sektornya dipimpin oleh seorang panglima.

Begitu siap, pasukan Teungku Peukan melancarkan serangan kejutan.

Pasukan Belanda yang terkejut karena serangan mendadak pasukan Teungku Peukan, tidak siap melawan dan melarikan diri.

Saat itu, sebagian besar pasukan Belanda masih dalam keadaan istirahat.

Peristiwa 11 September 1926 merupakan penyerangan yang menelan banyak korban jiwa, baik dari pihak pejuang maupun Belanda.

Meninggal dunia

Karena merasa pasukan Belanda kocar-kacir, Teungku Peukan merasa kemenangan segera datang kepada pihaknya.

Teungku Peukan kemudian mengumandangkan azan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas keberhasilan serangannya.

Saat itulah, seorang tentara Belanda melepaskan saty tembakan yang membuat Teungku Peukan meninggal dunia.

Teungku Peukan meninggal dunia pada Jumat, 11 September 1926.

Referensi:

  • Hasbullah. (2009). Peristiwa 11 September 1926: Perlawanan Teungku Peukan Terhadap Belanda Di Aceh Barat Daya. BANDA ACEH : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/29/170000879/biografi-singkat-teungku-peukan-tokoh-perlawanan-aceh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke