Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mentiko Betuah, Cerita Rakyat dari Aceh tentang Kebaikan

Cerita rakyat ini mengisahkan seorang anak baik hati bernama Rohib yang menerima Mentiko Betuah atau batu bertuah dari seekor ular.

Lahirnya si Rohib

Dahulu kala terdapat sebuah negeri di Aceh yang bernama Simeulue. Negeri itu dipimpin oleh raja yang kaya, arif, dan bijaksana.

Namun, raja tersebut bersama permaisurinya belum juga dikaruniai anak. Berbagai cara dicoba, namun belum juga mendapatkan anak.

Mereka berdua kemudian berdoa sekaligus menyucikan diri di suatu sungai yang memiliki air dingin dan sangat jernih.

Untuk mencapai ke sungai tersebut, keduanya harus menempuh perjalanan yang berat. Begitu sampai, mereka berdua langsung mandi di sungai tersebut sekaligus berdoa.

Setelah itu, mereka berdua kembali ke kerajaannya. Setelah beberapa waktu, sang permaisuri akhirnya hamil dan melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Rohib.

Rohib tumbuh menjadi anak yang cerdas, namun manja. Suatu ketika sang ayah mengirimnya untuk belajar di kota.

Namun, Rohib gagal belajar di kota. Hal itu membuat ayahnya marah.

Sang ayah mengancam menghukum mati sang anak. Namun ibunya meminta Rohib untuk dihukum dengan diasingkan dan diberi perbekalan berupa koin emas.

Sang raja yang merupakan ayah Rohib menyetujuinya. Namun, apabila ia kembali tanpa membawa hasil, maka Rohib akan dihukum mati.

Diberi bekal koin emas

Rohib kemudian mulai menjalani pengasingan dengan berbekal koin emas yang banyak.

Di dalam hutan, ia menemukan orang yang menyiksa burung. Rohib kemudian memintanya untuk berhenti, sebagai iming-iming ia memberinya koin emas.

Hal ini berulang setiap ia menemui orang yang menyiksa burung.

Ketika koinnya habis, Rohib takut untuk kembali ke Istana. Ia juga berpikir bagaimana caranya berdagang jika tak memiliki modal.

Dalam kepanikannya, Rohib kemudian bertemu seekor ular yang bisa berbicara. Ular tersebut merasa terbantu setelah orang-orang tak lagi menyiksa burung.

Sebagai tanda terima kasih, sang ular kemudian memberi Rohib Mentiko Betuah yang bisa mengabulkan segala permintaan Rohib.

Ia kemudian meminta banyak koin emas dan kembali ke istana dengan tenang.

Kehilangan Mentiko Betuah

Melihat keberhasilan Rohib, sang raja sangat bangga. Rohib kemudian ingin mengabadikan Mentiko Betuah dalam bentuk cincin.

Ia kemudian pergi ke tukang cincin. Ternyata tukang cincin tahu bahwa Mentiko Betuah adalah barang ajaib. Sang tukang cincin malah membawa kabur.

Rohib kemudian kembali ke hutan dan mengadukan masalahnya kepada sang ular yang telah membantunya.

Sang ular yang mengetahui kemudian meminta tikus, kucing, dan anjing untuk mencari si tukang cincin.

Ketiga hewan tersebut kemudian berhasil mendapatkan Mentiko Betuah kembali. Mentiko Betuah tersebut kemudian di bawa oleh tikus.

Ketika dalam perjalanan kembali, tikus memiliki akal busuk. Sang tikus mengatakan bahwa Mentiko Betuah telah jatuh ke sungai dan hilang.

Hal itu kemudian membuat kucing dan anjing mencari ke sungai. Padahal, sang tikus seorang diri membawa Mentiko Betuah kepada Rohib.

Dari kisah inilah tersebar mitos mengapa anjing dan kucing membenci tikus.

Pesan moral

Kisah ini punya pesan moral yang bisa diambil.

Pertama, agar tidak memanjakan anak. Kedua, agar selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluk hidup agar mendapat balasan yang baik pula.

Referensi:

  • Nuralia, Lia. Imadudin, Lim. (2009). Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler. Bandung: Ruang Kata.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/18/200000379/mentiko-betuah-cerita-rakyat-dari-aceh-tentang-kebaikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke