Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tokoh-tokoh Komunis di Indonesia

Komunisme muncul di Indonesia pada 1912 dan dibawa oleh Henk Sneevliet, seorang tokoh komunis dari Belanda.

Ini menadai awal mula pergerakan komunisme di Indonesia.

Pergerakan komunisme di Indonesia melahirkan beberapa tokoh, seperti Semaoen, Musso, Darsono, DN Aidit, Haji Misbach, dan lain sebagainya.

Berikut adalah tokoh-tokoh komunisme di Indonesia:

Semaoen

Semaoen adalah tokoh yang mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1920. Ia juga menjadi ketua pertamanya.

Sebelum mendirikan PKI, Semaoen merupakan tokoh komunis yang tergabung dalam Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), cikal bakal PKI.

Ia tergabung ke dalam ISDV setelah bertemu dengan Henk Sneevliet, tokoh komunis Belanda yang pindah ke Indonesia pada 1912.

Selain itu, Semaoen juga tergabung dalam serikat buruh kereta api di Surabaya Vereeniging Voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP).

Setelah Henk Sneevliet meninggalkan Indonesia pada 1920, Semaoen mengubah ISDV menjadi PKI. 

Pada 1923, Semaoen yang saat itu menjadi ketua PKI tertangkap oleh pemerintah Belanda karena merencanakan demonstrasi besar-besaran.

Akibatnya, ia diasingkan ke Belanda. Di Eropa, Semaoen aktif dalam pergerakan komunisme, seperti Executive Committee of the Comintern atau Komite Ekskutif Komunis Internasional (ECCI), di Moscow.

Namun, setelah kembali ke Indonesia pada 1953, Semaoen sudah tidak aktif lagi di PKI.

Henk Sneevliet

Henk Sneevliet merupakan tokoh komunis asal Belanda yang mendirikan ISDV di Surabaya pada 1914.

Selain mendirikan ISDV, Sneevliet juga tergabung ke dalam serikat buruh kereta api VSTP di Surabaya.

Berkat pengalamannya di komunisme Belanda, Sneevliet mengubah serikat buruh kereta api yang moderat ke arah modern dan agresif.

Aktivitas Sneevliet di Indonesia membuat pemerintah kolonial Belanda gelisah. Hal itu disebabkan perlawanan ISDV terhadap pemerintah Belanda.

Pada 1917, Sneevliet bersama gerakan komunisnya mendapat dukungan dari sebagian besar masyarakat dan sebagian tentara Belanda.

Akibatnya, Sneevliet dipaksa meninggalkan Indonesia pada 1918.

Tan Malaka

Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan nasional yang memiliki ideologi kiri atau komunis sosialis.

Ia mulai berkenalan dengan ideologi komunisme ketika sekolah di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah) pada 1913.

Selama kuliah, Tan Malaka juga terus menambah pengetahuannya tentang komunisme dengan membaca buku De Fransche Revolutie.

Selain itu, Tan bertemu dengan Henk Sneevliet, ia kemudian diajak untuk bergabung dengan ISDV.

Ia berperan dalam pemogokan pegawai pegadaian pemerintah Belanda. Namun, usaha Tan Malaka gagal.

Tan Malaka kemudian diusir dari Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda.

Meski diusir, Tan Malaka malah menjadi wakil Indonesia dalam Kongres IV Komunis Internasional (Komintern).

Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka menjadi salah satu pelopor sayap kiri atau komunis.

Usahanya setelah kemerdekaan Indonesia adalah menentang segala bentuk diplomasi dengan Belanda.

Tan Malaka berpendapat bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan 100 persen tanpa kompromi dengan penjajahan.

Alimin

Alimin merupakan salah satu tokoh komunis Indonesia yang berperan dalam mendirikan PKI pada 1920.

Ia bergabung dengan ISDV dan sempat menjadi perwakilan di wilayah Jakarta sejak 1918.

Setelah ISDV berubah menjadi PKI pada 1920, Alimin dipercaya sebagai pemimpin cabang Jakarta.

Pada 1926, Alimin ke Singapura untuk bertemu Tan Malaka guna membahasa rencana pemberontakan PKI.

Namun, sebelum kembali ke Indonesia, pemberontakan PKI sudah pecah pada 12 November 1926.

Alimin kemudian ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh polisi Inggris di Singapura.

Setelah dibebaskan, Alimin pergi ke Moskwa untuk bergabung dengan Organisasi Komunis Revolusioner Internasional atau Komintern.

Pada 1946, Alimin kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PKI sebagai senior.

Namun, pada tahun 1950-an, Alimin tak lagi menjadi tokoh komunis setelah DN Aidit mendirikan kembali PKI secara ilegal.

Musso

Musso adalah salah satu tokoh yang mendirikan PKI pada 1920. Namun, setelah terjadi pemberontakan PKI 1926, ia meninggalkan Indonesia.

Ia melarikan diri ke Uni Soviet untuk mempelajari komunisme langsung dari pusatnya.

Pada Agustus 1948, Musso kembali ke Indonesia. Ia membawa misi untuk mendirikan PKI muda dan menyelamatkan Indonesia dari pengaruh Amerika Serikat.

Kedatangannya ke Indonesia membawa perubahan besar bagi gerakan komunisme di Indonesia.

Hal itu dilakukan Musso melalui doktrin kekuatan komunis yang dikenal dengan "Jalan Baru untuk Indonesia".

Musso berperan dalam pemberontakan PKI Madiun pada September 1948. Hal itu dilakukan supaya Indonesia masuk ke blok komunis dan menjauh dari Amerika Serikat.

Namun, pemberontakan itu gagal dan mengakibatkan Musso ditangkap oleh TNI pada 31 Oktober 1948.

Darsono

Darsono merupakan salah satu tokoh komunis Indonesia pada awal berdirinya PKI pada 1920.

Sebelum masuk ke dalam ISDV, Darsono merupakan seorang jurnalis dan editor.

Melalui latar belakang tersebut, Darsono masuk ke dalam ISDV dengan membuat artikel yang mengkritik pemerintah kolonial Belanda.

Salah satu artikel yang ia tulis adalah Het Process Sneevliet pada 1917. Tulisan tersebut kemudian menjadi bacaan wajib kaum komunisme Indonesia saat itu.

Ia juga pernah meminta diadakan kerja sama antara PKI dan Comunist Partij, Belanda.

Namun, setelah pemberontakan PKI 1926, Darsono menghilang dari perpolitikan dan gerakan komunis Indonesia.

DN Aidit

DN Aidit merupakan tokoh komunis yang menjadi ketua terakhir PKI.

Ia mulai berkenalan dengan komunis ketika ditugaskan menjadi penerjemah Manifesto Komunis ke dalam bahasa Indonesia pada 1948.

Lalu, pada September 1948, Aidit menjadi anggota Politbiro PKI yang baru dibentuk Musso.

Aidit saat itu diberi tanggung jawab di bagian perburuhan partai.

Ketika pecah pemberontakan PKI Madiun, Aidit melarikan diri ke Tanjung Priok.

Setelah itu, Aidit bersama Njoto, Lukman, dan Sudisman menggantikan pimpinan lama PKI pada Januari 1951.

Ketika Aidit memimpin, PKI menjadi kuat dan memiliki pengaruh kuat dalam politik Indonesia.

Bahkan, pada pemilu 1955, PKI berhasil masuk dalam empat besar suara terbanyak dengan raihan 3,5 juta suara.

Aidit mampu membawa PKI menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah China dan Uni Soviet.

Namun, karier politik DN Aidit berakhir setelah pecah peristiwa G30S.

Amir Sjarifuddin

Amir Sjarifuddin merupakan mantan perdana menteri Indonesia dan juga seorang pemimpin Partai Sosialis.

Ia berkenalan dengan ajaran komunisme ketika menjadi mahasiswa di Belanda.

Ketika itu, Amir merupakan anggota Perhimpunan Indonesia mendapat gemblengan dari Semaoen.

Dari Semaoen, Amir dan beberapa kawannya di Perhimpunan Indonesia mendapatkan pendidikan komunisme.

Pada 1926, setelah kegagalan pemberontakan PKI, Amir kembali ke Indonesia untuk membantu sisa-sisa kekuatan PKI.

Amir berpendapat bahwa komunisme merupakan ilmu yang mengajarkan manusia untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan pokok manusia di dunia.

Persoalan manusia yang dimaksud Amir Sjarifuddin adalah permasalahan penindasan antarmanusia.

Haji Misbach

Haji Misbach atau dikenal sebagai Haji Merah merupakan salah satu tokoh komunisme dan Islam di Indonsia.

Ia dikenal dengan Haji Merah karena berpendapat bahwa Islam dan komunisme tidak seharusnya dipisahkan.

Menurutnya, Islam dan komunisme selaras dengan perlawanan terhadap penindasan antarmanusia.

Bahkan, dalam kongres PKI pada 4 Maret 1923, Haji Misbach melalui pidatonya memberikan penjelasan terkait relevansi Islam dan komunisme sambil menunjukkan ayat di dalam Al-Quran.

Haji Misbach merupakan tokoh PKI yang berperan dalam propaganda. Aktivitas tersebut membuat Misbach ditangkap oleh pemerintah Belanda.

Ia kemudian diasingkan ke Manokwari karena dianggap mendalangi pemogokan dan teror di Surakarta.

Referensi:

  • Floriberta, Aning S. (2005). 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/18/150200979/tokoh-tokoh-komunis-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke