Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Baiat Aqabah I dan II

Baiat Aqabah atau Perjanjian Aqabah adalah perjanjian yang sangat berpengaruh dalam proses dakwah Islam oleh Nabi Muhammad SAW.

Perjanjian ini terjadi antara Nabi Muhammad dengan penduduk Yastrib atau sekarang lebih dikenal Madinah, yang dilakukan di sebuah bukit bernama Aqabah, sekitar 5 kilometer dari Mekkah.

Baiat Aqabah terjadi dua kali, pertama pada tahun 621 dan yang kedua pada 622.

Latar belakang

Proses dakwah Islam yang dilakukan Nabi Muhammad dan umat Muslim di Mekkah pada awal kenabiannya tidak mudah.

Dakwah Islam di Mekkah mendapat tentangan dari kaum Quraisy, yang selalu melakukan teror dan siksaan bagi orang-orang yang baru masuk Islam.

Posisi dakwah Islam di Mekkah semakin tertekan saat Nabi Muhammad kehilangan istrinya, Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib, yang menjadi pelindungnya.

Sementara itu, di Yastrib atau Madinah tengah terjadi perpecahan serta konflik antara suku Aus dan Khazraj.

Antara Aus dan Khazraj sebenarnya hanya membutuhkan sosok pemersatu yang dapat mengurai dan menengahi masalah mereka.

Kedua suku tersebut juga telah mendengar datangnya Nabi dari orang-orang Yahudi.

Setelah itu, turun perintah hijrah untuk Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah melalui Surat Al-Baqarah ayat 218.

Baiat Aqabah I

Pada tahun ke-11 kenabian atau pada 620, Nabi Muhammad ditemui enam orang dari Madinah ketika sedang musim haji.

Mereka mengaku mau masuk Islam dan berjanji akan menyebarkan ajarannya di daerahnya.

Pada musim haji berikutnya, Nabi Muhammad kembali ditemui oleh orang-orang Madinah.

Pertemuan kali ini terjadi di Aqabah, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Baiat Aqabah I.

Baiat Aqabah Pertama terjadi pada tahun kenabian ke-12 atau pada 621.

Baiat Aqabah I diikuti oleh 10 orang Khazraj dan dua orang dari suku Aus. Lima di antara mereka adalah orang yang telah diislamkan Nabi pada tahun sebelumnya.

Dalam pertemuan kali ini, Nabi Muhammad berdakwah, yang disambut oleh 12 orang dari rombongan Suku Aus dan Khazraj yang telah masuk Islam.

Adapun isi Perjanjian Aqabah I adalah sebagai berikut.

  • Tidak menyekutukan Allah SWT
  • Setia kepada Nabi Muhammad SAW
  • Rela berkorban harta dan jiwa
  • Bersedia ikut menyebarkan agama Islam
  • Pernyataan tidak saling membunuh
  • Pernyataan tidak saling melakukan kecurangan dan kebohongan

Perjanjian Aqabah Pertama disebut Baiat Wanita karena di antara orang-orang Madinah yang mendatangi Nabi, ada satu wanita bernama Afra binti Ubaid Ibnu Tsa'labah.

Afra binti Ubaid Ibnu Tsa'labah juga menjadi wanita Madinah pertama yang berbaiat kepada Nabi.

Setelah Baiat Aqabah I selesai, Nabi Muhammad mengutus Mus'ab bin Umair bergabung rombongan orang Madinah.

Mus'ab bin Umair ditugaskan untuk membantu mereka menyebarkan agama Islam di Madinah.

Baiat Aqabah II

Pada tahun 622 atau tahun ke-13 kenabian, 73 orang rombongan haji dari Madinah menemui Nabi Muhammad SAW.

Pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan peristiwa Baiat Aqabah II, yang dilaksanakan pada Hari Tasyriq 11, 12, dan 13 Zulhijah.

Perjanjian Aqabah II diikuti oleh 73 orang, yang membawa pesan yang berisi permintaan masyarakat Madinah supaya Nabi Muhammad datang dan berdakwah di sana.

Berikut ini adalah isi Baiat Aqabah Kedua.

Setelah Baiat Aqabah II, Nabi Muhammad SAW menunjuk 12 orang dari rombongan Madinah itu menjadi naqib atau pemimpin.

Sembilan naqib berasal dari orang Khazraj dan tiga di antaranya adalah orang Aus, yang ditugasi oleh Nabi Muhammad untuk merealisasikan hasil Baiat Aqabah II.

Referensi:

  • Ash-Shallabi, Ali Muhammad. (2012). Sejarah Lengkap Rasulullah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/10/100000779/baiat-aqabah-i-dan-ii

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke