Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Latar Belakang Konflik Yugoslavia

Yugoslavia merupakan negara federal yang pernah eksis dari 1943-1992 dengan enam negara bagian dan dua daerah otonomi khusus.

Negara bagian yang menjadi bagian Yugoslavia adalah Serbia, Montenegro, Slovenia, Kroasia, Bosnia-Hezergovina, Makedonia, serta Daerah Otonomi Khusus Kosovo dan Vojvodina.

Pada 1980-an, muncul berbagai masalah sosial dan politik yang akhirnya menyebabkan keruntuhan Yugoslavia pada 1992.

Bahkan konflik Yugoslavia hingga disebut sebagai perang paling mematikan di Eropa setelah Perang Dunia II.

Lantas, apa latar belakang konflik Yugoslavia?

Meninggalnya Josip Broz Tito

Sejak Republik Federal Sosialis Yugoslavia didirikan pada 1945, hubungan antara Albania dan Serbia, yang merupakan etnis minoritas, tidak harmonis.

Hal tersebut terjadi karena adanya trauma yang dirasakan oleh pihak Serbia pasca-pembantaian yang dilakukan Albania pada masa pendudukan Jerman.

Keadaan mulai berubah saat Josip Broz Tito terpilih menjadi Presiden Yugoslavia pada 1953.

Josep Broz Tito adalah sosok pemimpin yang mampu membawa Yugoslavia mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinannya dari 1953-1980.

Di bawah pemerintahannya, Yugoslavia tumbuh menjadi negara yang kuat di Eropa Timur.

Josep Broz Tito juga berusaha untuk menjaga kesatuan federasi multietnik di tenggara Eropa.

Namun, keadaan kembali kacau ketika Josep Broz Tito meninggal pada 4 Mei 1980.

Pasca-kematiannya, Yugoslavia masuk ke dalam perang saudara karena adanya berbagai masalah sosial dan politik

Konflik ras dan agama

Meninggalnya Josip Broz Tito membawa dampak luar biasa bagi Yugoslavia, salah satunya terjadi perpecahan antaretnik yang berkembang menjadi konflik ras dan agama.

Kondisi itu diperparah dengan terpilihnya Slobodan Milosevic sebagai Presiden Serbian pada 1989.

Pasalnya, Slobodan Milosevic menerapkan kebijakan diskriminatif berdasarkan etnisitas yang merugikan bagi mayoritas masyarakat Yugoslavia.

Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu, saat Serbia merasa hak mereka dikurangi setelah bergabung dengan Yugoslavia.

Untuk itu, Serbia berusaha memperkuat diri mereka dengan menguasai kedudukan tertinggi di Yugoslavia.

Pada perkembangannya, terjadilah perang antaretnik antara Serbia dan Bosnia yang menimbulkan ribuan korban jiwa.

Goyangnya politik dan ekonomi

Tidak ada figur pemimpin yang ideal pengganti Josip Broz Tito yang memicu perpecahan antaretnik membuat kehidupan politik dan bernegara kian tidak terarah.

Pada akhir 1980-an, krisis ekonomi dan politik yang sangat serius melanda Yugoslavia hingga membuat hilangnya kewibawaan pemerintah pada masa pemerintahan Slobodan Milosevic.

Perebutan kekuasaan

Kehidupan politik dan negara Yugoslavia yang kehilangan arah menyebabkan munculnya aksi proklamasi dari beberapa negara bagian.

Yugoslavia pun terbawa ke dalam arus perpecahan nasional yang disebabkan oleh tidak adanya sosok pemimpin yang berwibawa.

Perpecahan ini juga dipengaruhi runtuhnya Uni Soviet, yang membuat banyak negara bagian Yugoslavia ingin memerdekakan diri, serta ingin memiliki pemerintahan sendiri.

Pada 1991, Slovenia, Makedonia, Bosnia dan Kroasia memproklamirkan kemerdekaannya secara sepihak.

Mereka kemudian mendirikan pemerintah berdaulat yang memiliki mata uang, angkatan bersenjata dan wilayah negara tersendiri. Pada perkembangannya, proklamasi negara bagian Yugoslavia mendapat penolakan oleh Serbia.

Serbia berupaya untuk tetap mempertahankan eksistensi republik Yugoslavia.

Hal inilah yang menyebabkan berbagai negara bagian saling berebut kekuasaan hingga timbul peperangan berkepanjangan di negara-negara Yugoslavia.

Referensi: 

  • Oktaviani, Dina. (2005). Para Pemenang Multietnis Dalam Perang Yugoslavia. Yogyakarta: Insist Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/15/080000279/latar-belakang-konflik-yugoslavia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke