Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PV van Stein Callenfels, Bapak Prasejarah Indonesia

Atas sumbangannya itu, ia bahkan disebut sebagai Bapak Prasejarah Indonesia yang memelopori kajian ilmu prasejarah di Indoensia.

Van Stein Callenfels pernah dipekerjakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20.

Namun tidak lama kemudian, ia memilih untuk mengundurkan diri dan memulai penelitiannya sendiri.

Biografi Dr. PV van Stein Callenfels

Dr. PV van Stein Callenfels atau yang mempunyai nama lengkap Pieter Vincent van Stein Callenfels lahir di Maastricht, Belanda, pada 4 September 1883.

Untuk mengejar minatnya pada dunia arkeologi, ia belajar Indologi di Universitas Leiden.

Pada 1904, Van Stein Callenfels lulus dan diterima sebagai pegawai negeri di dinas Sekretariat Jenderal Hindia Belanda.

Satu tahun kemudian, ia dikirim ke Surabaya dan dipersiapkan untuk dipindahkan ke Mojokerto.

Akan tetapi, Van Stein Callenfels mendapat masalah karena menolak sebuah protokol yang diwajibkan kepadanya.

Pada 1906, ia memilih mengundurkan diri dan mulai melakukan penelitian sendiri di Pulau Jawa.

Berkat bantuan temannya, Van Stein Callenfels diterima bekerja di Dinas Purbakala Hindia Belanda mulai 1915.

Antara 1921-1924, ia kembali ke Belanda untuk mendalami bidang arkeologi. Sekembalinya ke Indonesia, Van Stein Callenfels melakukan banyak penggalian.

Penelitiannya yang paling terkenal adalah tentang kjokkenmoddinger dan abris sous roche.

Atas kontribusinya di bidang kajian ilmu prasejarah di Indoensia, Van Stein Callenfels diberi penghargaan oleh Inggris, Thailand, Jepang, Kamboja, dan Belanda.

Pada 26 April 1938, ia meninggal secara mendadak di Sri Lanka ketika dalam perjalanan pulang ke Belanda.

Hasil temuan Dr. PV van Stein Callenfels

Salah satu ciri Zaman Mesolitikum adalah ditemukan kjokkenmoddinger di pesisir pantai timur Pulau Sumatera yang diteliti oleh Dr. P.V. van Stein Callenfels pada 1925.

Kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang yang menggunung.

Dari temuan itu diketahui bahwa ada penduduk pantai yang mengumpulkan kerang dan siput untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Dari penggalian di kjokkenmoddinger, Van Stein Callenfels juga menemukan banyak kapak genggam yang kemudian dinamai Kapak Sumatra.

Selain itu, ditemukan pula peralatan berupa batu pipisan dan fosil manusia purba.

Setelah kjokkenmoddinger, penelitian juga dilakukan oleh Dr. P.V. van Stein Callenfels terhadap Gua Lawa di Sampung, Ponorogo, pada 1928-1931.

Penelitian ini bahkan membuat nama Van Stein Callenfels menjadi terkenal di dunia.

Di lokasi tersebut, Van Stein Callenfels meneliti abris sous roche atau gua menyerupai ceruk-ceruk batu karang yang digunakan manusia purba sebagai tempat tinggal.

Dari penggaliannya, ditemukan peralatan berupa alat-alat batu seperti ujung panah, batu-batu penggilingan, kapak dari Zaman Neolitikum, alat dari tulang dan tanduk rusa, serta peralatan berbahan logam.

Selain itu, Van Stein Callenfels juga menemukan tulang manusia jenis Papua Melanesoide dan tulang binatang.

Karena sebagian besar peralatan yang ditemukan terbuat dari tulang, pada akhirnya dikenal dengan nama Sampung Bone Culture.

Antara 1933-1934, Van Stein Callenfels juga melakukan penyelidikan terhadap abris sous roche di Sulawesi Selatan.

Referensi:

  • Pujiani, Sri. (2019). Zaman Prasejarah. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/14/080000079/pv-van-stein-callenfels-bapak-prasejarah-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke