Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Puisi "Derai-derai Cemara" Karya Chairil Anwar

Kompas.com - 25/03/2023, 09:00 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri

Penulis

KOMPAS.com - Puisi "Derai-derai Cemara" merupakan salah satu karya Chairil Anwar, seorang penyair ternama asal Indonesia.

Karya sastra ini dibuat oleh Chairil Anwar pada 1949. Karena karyanya yang indah, "Derai-derai Cemara" pernah dibawakan dalam musikalisasi puisi.

Isi puisi "Derai-derai Cemara" karya Chairil Anwar

Dikutip langsung dari buku Aku ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942-1949) (2011) karya Chairil Anwar, berikut isi puisi "Derai-derai Cemara":

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah 

Baca juga: Isi dan Makna Puisi Sajak Putih Karya Chairil Anwar

Makna puisi "Derai-derai Cemara" karya Chairil Anwar

Dilansir dari jurnal Absurditas dalam Puisi Derai-derai Cemara Karya Chairil Anwar (2021) karya Muhammad Husni, makna puisi "Derai-derai Cemara" adalah soal usaha manusia dalam menjalani kehidupannya yang tidak pasti.

Dalam puisi tersebut, Chairil Anwar menyebutkan bahwa kehidupan adalah proses yang sangat panjang dan akan terus berjalan.

Tanpa disadari, seiring bergantinya hari, minggu, bulan, dan tahun, manusia akan dihadapkan pada suatu kondisi yang tidak bisa dilawan.

Mau tidak mau, suka tidak suka, usia seseorang akan terus bertambah, dan tubuh kian renta. Hal ini terlihat dalam kalimat "ada beberapa dahan di tingkap merapuh".

Selain usia yang terus bertambah, manusia pasti akan menghadapi masalah dan tak akan bisa menyangkalnya. Hal ini tergambar jelas dalam bait kedua puisi tersebut.

Pada bait ketiga, penyair ingin menjelaskan bahwa sebenarnya kehidupan itu hanya menunda kekalahan, yang mau tidak mau harus dijalani.

Baca juga: Makna Puisi Doa karya Chairil Anwar

Chairil Anwar menutup puisi tersebut dengan kepasrahan dan ketidakberdayaan tokoh "aku" dalam puisi "Derai-derai Cemara".

Apabila disimpulkan, makna puisi "Derai-derai Cemara" adalah soal usaha manusia dalam menjalani kehidupannya yang tidak pasti.

Di balik upayanya tersebut, manusia harus dihadapkan pada usia yang terus bertambah, kondisi tubuh yang kian renta, dan masalah yang terus bergulir.

Hingga akhirnya, puisi milik Chairil Anwar ini menggambarkan keputusasaan dan kepasrahan manusia dalam menjalani kehidupannya yang absurd itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com