KOMPAS.com - Puisi "Derai-derai Cemara" merupakan salah satu karya Chairil Anwar, seorang penyair ternama asal Indonesia.
Karya sastra ini dibuat oleh Chairil Anwar pada 1949. Karena karyanya yang indah, "Derai-derai Cemara" pernah dibawakan dalam musikalisasi puisi.
Dikutip langsung dari buku Aku ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942-1949) (2011) karya Chairil Anwar, berikut isi puisi "Derai-derai Cemara":
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Baca juga: Isi dan Makna Puisi Sajak Putih Karya Chairil Anwar
Dilansir dari jurnal Absurditas dalam Puisi Derai-derai Cemara Karya Chairil Anwar (2021) karya Muhammad Husni, makna puisi "Derai-derai Cemara" adalah soal usaha manusia dalam menjalani kehidupannya yang tidak pasti.
Dalam puisi tersebut, Chairil Anwar menyebutkan bahwa kehidupan adalah proses yang sangat panjang dan akan terus berjalan.
Tanpa disadari, seiring bergantinya hari, minggu, bulan, dan tahun, manusia akan dihadapkan pada suatu kondisi yang tidak bisa dilawan.
Mau tidak mau, suka tidak suka, usia seseorang akan terus bertambah, dan tubuh kian renta. Hal ini terlihat dalam kalimat "ada beberapa dahan di tingkap merapuh".
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.