KOMPAS.com - Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Putra pasangan Toeloes dan Saleha, yang keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Kebanyakan isi puisi Chairil Anwar menggambarkan pemberontakan yang menggelora dari dalam jiwa. Sampai saat ini masih banyak karyanya yang menjadi kebanggaan dan sering dibawakan oleh orang-orang.
Baca juga: Makna Puisi Pada Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono
Salah satu puisi karya Chairil Anwar adalah Sendiri, berikut puisinya:
Sendiri
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!
Puisi Sendiri menggambarkan kondisi seseorang yang kesepian di tengah-tengah kesedihannya. Seseorang yang merindukan sosok ibu, yang karena kesalahannya sendiri dia harus merasakan itu.
Kini, seseorang tersebut hanya bisa membenci dirinya sendiri dan sangat kesepian tanpa kehadiran ibu.
Baca juga: Puisi Lama: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.