Oleh: Rina Kastori, Guru SMPN 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Diplomasi beras adalah bantuan berupa beras yang diberikan Indonesia kepada India. Dipelopori Sutan Sjahrir pada 1946.
Sebagai bangsa yang pernah mengalami penjajahan bangsa asing, antara India dan Indonesia terjalin rasa senasib dan sependeritaan.
Perasaan ini makin diperkuat lagi karena keduanya sama-sama anti-penjajahan.
Pada masa sulitnya, pemerintah Indonesia pernah mengirim bantuan berupa 500 ribu ton padi pada India yang sedang mengalami kelaparan.
Ini merupakan hasil kesepakatan antara PM. Syahrir dengan wakil pemerintah India, K.L. Punjabi pada 18 Mei 1946.
Sebaliknya India mengirim bantuan obat untuk Indonesia. Penyerahan beras dilaksanakan pada 20 Agustus 1946 di Probolinggo, Jawa Timur.
Baca juga: Diplomasi Sutan Sjahrir dalam Memperjuangkan Kemerdekaan RI
Sedangkan pengangkutannya ke India dilakukan oleh kapal laut yang disediakan pemerintah India sendiri.
“Diplomasi Beras” ini menjadikan Indonesia makin mendapat simpati dunia.
Tujuan Sutan Sjahrir melakukan diplomasi beras dengan India, tidak hanya untuk kemanusiaan, namun juga demi kepentingan politik Indonesia.
Sutan Sjahrir menggunakan diplomasi beras untuk menembus blokade ekonomi yang dilakukan Belanda pasca-proklamasi kemerdekaan.
Selain itu, Sutan Sjahrir juga ingin menghimpun dukungan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia.
Kesuksesan Sjahrir dalam diplomasi beras tidak terlepas dari strateginya merengkuh “kawan”, segera setelah perang berakhir.
Hanya dua pekan setelah resmi menjadi perdana menteri pada akhir November 1945, Sjahrir menandatangani perjanjian dengan pasukan Sekutu.
Baca juga: Diplomasi L.N Palar Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia
Ketika itu, Indonesia memulangkan serdadu Jepang dan tawanan perang. Perundingan dilakukan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim.