Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Mitos Niels Bohr dan Barometer

Kompas.com - 11/09/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUATU ketika, seorang mahasiswa fisika harus menjalani ujian lisan di hadapan seorang dosen. Nama sang dosen, sebut saja, Dr. Aha. Sang dosen mengajukan pertanyaan, "Bagaimanakah cara mengukur ketinggian gedung pencakar langit dengan menggunakan barometer?“

Ini bukanlah pertanyaan yang sulit. Sang mahasiswa menjawab. "Silakan naik ke atas gedung! Ikatlah barometer dengan tali yang panjang. Kemudian turunkan tali dengan pelan-pelan ke bawah sampai menyentuh tanah. Dengan menjumlahkan panjang tali dengan panjang barometer, tinggi gedung dapat diketahui.“

Dr. Aha marah mendengar jawaban ini dan mengusir sang mahasiswa dari ruangan.

Baca juga: Mengukur Tinggi Bangunan dengan Barometer

Sang mahasiswa merasa diperlakukan tidak fair dan mangajukan protes kepada pihak universitas.

Pihak universitas pun mendengarkan protes tersebut dan menugaskan dosen lain untuk menyelidiki peristiwa tersebut. Sebut saja, nama dosen tersebut adalah Dr. Bar.

Setelah diselidiki, Dr Bar membenarkan jawaban sang mahasiswa, tetapi jawaban tersebut sama sekali tidak menunjukan pengetahuan ilmu fisika. Dr. Bar kemudian menawarkan ujian ulang dan dirinyalah yang akan menguji sang mahasiswa.

Pertanyaan yang diajukan tetap sama dan sang mahasiswa diberi waktu selama enam menit untuk menjawabnya.

Sang mahasiswa tidak langsung menjawab dan terdiam selama beberapa menit. Raut wajahnya terlihat serius memikirkan jawabannya.

Dr. Bar tidak sabar menunggu jawaban. "Tolong segera utarakan jawaban anda karena waktu ujian sudah hampir habis. Apakah anda tidak memiliki jawaban?” kata Dr Bar.

Si mahasiswapun membalas. "Saya memiliki beberapa jawaban. Hanya saja, saya bingung memilih jawaban mana yang paling tepat.”

Karena didesak Dr. Bar, si mahasiswa pun mengungkapan semua jawabannya. Beginilah jawaban mahasiswa:

"Anda cukup melemparkan barometer dari puncak gedung. Setelah itu ukurlah waktu yang dibutuhkan barometer untuk mencapai tanah! Tinggi bangunan kemudian dapat dihitung dengan menggunakan rumus h = 0,5 g x t2. Ini tidak sukar. Hanya saja, barometer anda rusak jika menggunakan cara ini.

Anda juga dapat memanfaatkan sinar matahari untuk mengukur tinggi gedung. Hitung terlebih dahulu panjang barometer dan bayangannya. Setelah itu, hitung panjang bayangan gedung. Dengan menggunakan rumus perbandingan proporsional, anda dapat menghitung ketinggian gedung.

Seandainya yang diinginkan adalah jawaban yang sangat ilmiah, anda harus mengikat barometer dengan seutas tali pendek. Kemudiankan ayunkan barometer itu seperti pendulum. Lakukan hal ini di tanah terlebih dahulu dan kemudian di atap gedung pencakar langit. Ketinggian gedung dapat dihitung dengan rumus T = 2 ? ?(l/g).

Jika gedung memiliki tangga darurat, anda juga dapat memanfaatkanya. Anda cukup menghitung tinggi anak tangga dengan barometer sebagai ukuran jengkal. Setelah tinggi anak tangga diketahui, silakan anda hitung jumlah anak tangga tersebut sampai di atas gedung. Setelah itu, kalikanlah tinggi anak tangga dengan jumlah anak tangga! Cara yang mudah bukan, tetapi cukup melelahkan barangkali.

Ada juga cara konvensional. Ukurlah tekanan udara di atap gedung dan di tanah dengan barometer tersebut. Dengan menghitung perbedaan tekanan udara dalam milibar, anda dapat mengetahui tinggi gedung. Ini adalah jawaban yang paling membosankan.

Ada juga cara yang mudah untuk mengetahui tinggi gedung dengan menggunakan barometer. Anda cukup menanyakan ketinggian gedung kepada pengelola gedung dengan iming-iming hadiah sebuah barometer. Tidak diragukan lagi, bahwa cara yang terakhir ini adalah yang paling kreatif dan tepat.“

Begitula jawaban dari mahasiswa yang gokil tersebut.

Apakah dosen puas dengan jawaban sang mahasiswa? Apakakah sang mahasiswa lulus ujian?

Cerita berakhir tanpa reaksi dari sang dosen. Konon, kisah ini terjadi di Universitas Copenhagen Denmark. Konon, nama mahasiswa tersebut adalah Neils Bohr, fisikawan peraih nobel Fisika.

Baca juga: Kelebihan dan Kelemahan Teori Atom Niels Bohr

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com