19 Agustus 1977
Dalam jurnal Potret Kesenjangan Pendidikan dalam Puisis “Sajak Seonggok Jagung” Karya W.S Rendra (2015) karya Bernardus T. Beding, puisi Sajak Sebatang Lisong menampilkan realita dunia pendidikan di Indonesia.
Baca juga: Jenis-Jenis Puisi Lama
Dengan jelas, W.S Rendra menampilkan kesenjangan sosial, khususnya pendidikan, dalam puisinya tersebut. Pendidikan di Indonesia dikembangkan berdasarkan status sosial. Hal ini terlihat pada bait pertama dan bait kedua puisi:
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Selain itu, puisi ini juga mengandung kritikan yang ditujukan kepada penguasa, dalam hal ini pemerintah. Kritikan tersebut disampaikan dalam konteks sosial, khususnya pendidikan. Sangat jelas terlihat kesenjangan para penguasa dengan masyarakat.
Penguasa membuat peraturan atau kebijakan yang sewenang-wenang. Sedangkan banyak anak yang tidak mampu menempuh pendidikan, serta masyarakat yang harus kesusahan mencari pekerjaan. Kritik yang disampaikan kepada penguasa pun seolah tidak dihiraukan.
Baca juga: Membaca Puisi Karya Chairil Anwar, Jawaban Soal TVRI 10 September
Bisa disimpulkan jika puisi Sajak Sebatang Lisong ini memiliki dua makna penting, yakni: