Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Budaya Masyarakat di Lingkungan Tempat Tinggal

Kompas.com - 20/08/2021, 13:03 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi antarsesamanya. Interaksi tersebut menghasilkan kebiasaan, kepercayaan, hingga norma yang membentuk kebudayaan. Budaya berasal dari kata Sansekerta “budhayah” yang berari budi atau akal.

Menurut Edward Burnett Tylor dalam bukunya Primitive Culture (1871), kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Sehingga budaya adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia baik materi maupun non-materi yang lahir dari kehidupan bermasyarakat, bukannya diwariskan secara genetik.

Budaya manusia berbeda-beda bergantung kepercayaan, kebiasaan, dan yang paling berpengaruh adalah lingkungan tempat tinggal.

Baca juga: Unsur Budaya Menurut Melville J. Herskovits

Arsi Andreas dan kawan-kawan dalam jurnal Karakteristik Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Kawasan Permukiman Nelayan di Sekitar Teluk Kendari (Studi Kasus: Kelurahan Puunggaloba dan kelurahan Benu-Benua) (2014) menyebutkan bahwa karakteristik sifat-sifat dasar lingkungan alam mempengaruhi manusia dari masa awal dengan berbagai cara.

Manusia beradaptasi dengan lingkungan tempatnya tinggal, mengikuti pola keseimbangan alam untuk bertahan hidup. Alam juga berpengaruh pada faktor ekonomi, politik, dan perpindahan manusia, yang menyebabkan terbentuknya budaya tertentu di suatu lingkungan masyarakat.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan kaya akan kebudayaan. Dilansir dari Laman Resmi Republik Indonesia, Indonesia memiliki 300 kelompok etnik atau suku bangsa.

Masing-masing etnik memiliki kebudayaannya tersendiri bergantung pada lingkungan tempatnya tinggal.

Contoh budaya masyarakat

Berikut adalah contoh budaya masyarakat di lingkungan tempat tinggal yang mencirikan bahwa budaya berkembang secara berbeda-beda di tempat yang berbeda:

  • Ondel-Ondel dari Jakarta

Ondel-ondel merupakan kebudayaan Suku Betawi yang berasal dari daerah Jakarta. Ondel-Ondel berupa boneka besar yang didandani dan diarak keliling desa, biasanya dalam acara pesta rakyat.

Budaya ondel-ondel ternyata lahir dari upacara tolak bala dengan menggunakan boneka besar untuk mengusir roh jahat juga wabah penyakit yang menyerang desa.

Baca juga: Fungsi Budaya bagi Masyarakat

  • Ma’nene dari Tanah Toraja

Ma’nene adalah kebudayaan yang lahir di Tanah Toraja sejak zaman megalitikum. Dilansir dari Indonesia Kaya, ma’nene adalah upacara penggantian pakaian baru pada jenazah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka.

Pada ma’nene, jenazah leluhur dibersihkan, diganti bajunya, diberikan sesajen, dan disematkan benda kesukaannya. Ma’nene biasanya dilakukan setelah musim panen sebagai simbol penghormatan juga pertanda bahwa hubungan keluarga tidak akan terputus setelah kematian.

  • Ikipalin dari Papua

Suku Dani dari Papua memiliki budaya yang unik sekaligus membuat merinding yaitu ikipalin atau tradisi potong jari. Orang Suku Dani memotong dua ruas jarinya ketika orang tuanya meninggal dan akan memotng satu ruas jarinya ketika saudaranya meninggal.

Suku Dani mempercayai bahwa potong jari merupakan salah satu bentuk duka paling dalam sebagai penghormatan terakhir dan bentuk kesetiaan pada angota keluarga yang meninggal.

  • Pasola dari Nusa Tenggara Timur

Pasola merupakan budaya dari Sumba Nusa Tenggara Timur. Dilansir dari Website Resmi Kabupaten Sumba Barat, pasola adalah tradisi perang adat di mana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, keja-mengejar, seraya melempar lembing kayu ke arah lawan.

Darah dari orang yang terluka saat pasola dipercayai dapat memercikan kekuatan magis untuk menyuburkan tanah. Inilah mengapa pasola digelar di awal musim tanam agar panen rakyat bisa subur.

Baca juga: Pengaruh Karakteristik Geografis dengan Kehidupan Sosial Budaya

  • Seba dari Banten

Seba adalah kebudayaan yang dilakukan Suku Baduy dari Banten. Setelah panen, Suku Baduy biasanya berjalan kaki hingga ratusan kilometer ke Serang dengan tujuan bersilahturahmi.

Seba hanya dilakukan oleh pria Suku Baduy, mereka berjalan tanpa alas kaki dan menggunakan busana serba putih yang melambangkan kesucian. Seba dilakukan sebagai bentuk syukur atas panen yang melimpah dan sebagai bentuk kekeluargaan antara masyarakat Suku Baduy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com